Sabtu, 12 April 2025

Peringati Hari Kartini 2025, TISI Kembali Gelar Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih

JAKARTA- Para penyair perempuan ditantang untuk segera.merespon yakni apakah emansipasi dan pendidikan perempuan di Indonesia pada saat ini sudah benar-benar terwujud.

"Taman Inspirasi Sastra Indonesia atau TISI  menantang semua penyair perempuan untuk segera mempertanyakan dan merespon dua masalah di atas tadi.Khususnya melalui pembacaan karya puisi yang kembali akan ditampilkan oleh TISI melalui sebuah pentas seni dalam rangka memperingati Hari Kartini," ujar Octavianus Masheka, Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) kepada wartawan di Jakarta, Minggu pagi (13/4/2025).

Acara Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih -diselenggarakan oleh TISI- akan berlangsung pada Jumat 18 April 2025 mulai pukul 15.30 WIB di pelataran Museum Fatahillah No:1, Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kota, Jakarta Barat.

"Para penyair perempuan sebanyak 19 orang nantinya akan menulis satu atau dua karya puisi yang bertemakan seputar masalah emansipasi dan.pendidikan perempuan.di.Indonesia, lalu.membacakannya di atas panggung pentas seni," kata  Bung Octa yang juga dikenal sebagai seorang penyair dan penyelenggara berbagai event sastra tingkat nasional ini.

Acara Pentas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih ini telah direspon dan didukung sepenuhnya oleh  Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat ,Joko Mulyono serta disupport oleh Kepala Unit Pelaksana Museum Fatahillah-Kota Tua, Esti Utami.

Para penyair perempuan Indonesia yang akan tampil di atas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih- untuk baca puisi dalam rangka Hari Kartini 2025- yaitu Devie Matahari, Dyah Kencono Puspito Dewi, Emi Suy, Erna Winarsih Wiyono, Ewith Bahar, Fanny Jonathan Poyk, Fatin Hamama, Halimah Munawir, Mita Katayo, Nia Samsihono, Nunung Noor El Niel, Rinidiyanti Ayabhi, Nurhayati, Rissa Churria, Shantined, Swary Utami Dewi, Rias A Saharjo, Bei Beliana, Rini Intama, Helvy Tiana Rosa,  dan MC.Amelia Fitriani.

"Ada acara sore berhadiah yaitu ada uang tunai dan hadiah buku buat pengunjung yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia," pungkasnya.(Lasman)


Diiringi Piano dan Biola, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Baca Puisi 'Hadamut' dan Nyanyikan Lagu Sion No.73 Kasih Allah

JAKARTA- Diiringi piano oleh pianis Juliet Halim.Rondonuwu dan biola (violin) oleh Daniel Tamba, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak bacakan puisi "Hadamut" sekaligus menyanyikan pujian Lagu Sion Edisi Lengkap (LSEL) No.73 berjudul " Kasih Allah" dalam dua syair dan dua bait.

Acara baca puisi dilanjutkan dengan nyanyian pujian tersebut berlangsung di kebaktian jam khotbah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara, Jakarta Timur, pada Sabat (Sabtu siang) 12 April 2025.

"Beberapa bulan ini saya mencoba mencari karya puisi atau sajak yang diinspirasi dan diangkatkan menjadi tembang lagu pujian.Dari 525 lagu dalam buku Lagu Sion Edisi Lengkap, saya menemukan puisi 'Hadamut' dalam lagu nomer 73 berjudul Kasih Allah," katanya di Jakarta pada Minggu pagi (13/4/2025).

"Lalu saya bacakan puisi tersebut dalam dua syair, dan saya nyanyikan dalam dua bait yakni bait pertama dan bait ketiga," katanya lagi.

Lagu "Kasih Allah" atau  The Love of God is Greater Fair  sebenarnya karya Frederick Marthin Lehman, bukan Claudia Lehman Mays. Claudia L. Mays hanya menciptakan musiknya.

Lagu ini terinspirasi dari puisi "Hadamut" karya Rabi Myer ben Issaac Nehorai, seorang rabi Yahudi dari Worms, Jerman, pada tahun 1096. 

Puisi "Hadamut" terdiri dari dua bagian yaitu pujian kepada Allah sebagai pencipta alam semesta dan perbantahan antara bangsa-bangsa lain dengan bangsa Yahudi.

Frederick Marthin Lehman, seorang pastor Gereja Nazarena di Indiana dan Illinois, Amerika, menulis lagu "Kasih Allah" pada tahun 1919.

 Ia terinspirasi oleh puisi "Hadamut" dan ayat Alkitab Yeremia 31:3 yang menyatakan bahwa Allah mengasihi umat-Nya dengan kasih yang kekal.

Kronologi Penciptaan Lagu tahun 1096 Rabi Myer ben Issaac Nehorai menulis puisi "Hadamut".

Kemudian tahun 1919 Frederick Marthin Lehman menulis lagu "Kasih Allah" berdasarkan puisi "Hadamut". 

Pada Tahun 1919 Claudia L. Mays menciptakan musik untuk lagu "Kasih Allah" tersebut yang kini dimasukkan sebagai Lagu Sion Edisi Lengkap No: 73 di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK).

Puisi Dikenal Sebagai Adon Olam

Puisi "Hadamut" juga dikenal sebagai Adon Olam atau Adon Ha'olam adalah sebuah puisi Yahudi yang ditulis oleh Rabi Myer ben Issaac Nehorai, seorang rabi Yahudi dari Worms, Jerman, pada tahun 1096.

Isi Puisi "Hadamut" terdiri dari dua bagian.Bagian pertama berisikan pujian kepada Allah.Puisi ini memulai dengan pujian kepada Allah sebagai pencipta alam semesta.

Rabi Myer ben Issaac Nehorai menggambarkan Allah sebagai Adon Ha'olam (Tuhan semesta alam) yang menciptakan langit dan bumi.Puisi ini juga menggambarkan kekuasaan dan kebesaran Allah.

Bagian kedua perbantahan antara bangsa-bangsa.Bagian kedua puisi ini menggambarkan perbantahan antara bangsa-bangsa lain dengan bangsa Yahudi.
-
Rabi Myer ben Issaac Nehorai menggambarkan bagaimana bangsa-bangsa lai mempertanyakan keberadaan dan kekuasaan Allah.

Puisi ini juga menggambarkan bagaimana bangsa Yahudi mempertahankan iman mereka kepada Allah.

Signifikansi  puisi "Hadamut" memiliki signifikansi yang besar dalam tradisi Yahudi.

Puisi ini dianggap sebagai salah satu contoh puisi Yahudi yang paling indah dan mendalam.

Puisi ini juga dianggap sebagai salah satu contoh puisi yang paling awal dalam tradisi Yahudi, dan telah menjadi inspirasi bagi banyak penulis dan penyair Yahudi lainnya.

Pengaruh puisi "Hadamut" telah memiliki pengaruh yang besar dalam tradisi Yahudi dan Kristen.Bahkan puisi ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan telah menjadi bagian dari liturgi Yahudi.
-
Puisi ini juga telah menjadi inspirasi bagi banyak lagu dan himne Kristen, termasuk lagu "Kasih Allah" atau The Love of God is Greater Fair  karya Frederick Marthin Lehman.

KASIH ALLAH
3/4
3b=Eb

1/3
Kasih Allah tak terbilang
Lidah tak dapat uraikan
Lebih tinggi dari bintang
Lebih dalam dari lautan
Yang berdosa dis’lamatkan, Oleh korban Yesus
Yang t’lah sesat didamaikan, Dosanya terhapus

Ref:
Oh kasih Allah yang limpah tak dapat diduga
Kasih yang kekal s’lamanya jadi lagu surga

2/3
Bila k’lak tiba waktunya
K’rajaan dunia t’lah jatuh
Bila orang yang durhaka
Bers’ru pada gunung batu
Kasih Allah tetap tahan tak akan berubah
Rahmat besar yang s’lamatkan jadi lagu surga

3/3
Kalau pun laut penuh tinta
Dan langit menjadi kertas
Rumput-rumput jadi pena
Dan semua orang penulis
Menuliskan kasih Tuhan, akan kering lautan
Langit tak dapat muatkan seg’nap kasih

(Eykel)