Jakarta, BeritaRayaOnline,--Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono rencananya akan meresmikan _Overpass_ Antapani yang terletak di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Kiaracondong dan Batununggal, Bandung, Jawa Barat pada hari Selasa 24 Januari 2017.
Pembangunannya sendiri dimulai pada 10 Juni 2016 yang ditandai groundbreaking oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Setelah 6 bulan pengerjaan, _overpass_ tersebut rampung dan telah melalui tes ujicoba lalu lintas pada 28 Desember 2016 dan serangkaian tes lainnya.
Pembangunan _Overpass_ Antapani bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang setiap hari terjadi di persimpangan Jalan Antapani dan Jalan Terusan Jakarta, terlebih pada jam sibuk pagi dan sore hari serta akhir pekan.
_Overpass_ Antapani merupakan _pilot project_ teknologi _Corrugated Mortarbusa Pusjatan_ (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Baja struktur yang digunakan di _Overpass_ Antapani berbentuk _corrugated_ atau _armco_ dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter.
CMP adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.
*Kelebihan CMP*
Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50%, jika dibandingkan untuk konstruksi beton umumnya memakan waktu 12 bulan, sementara CMP hanya memerlukan 6 bulan. Kelebihan lainnya adalah bentangan konstruksi jembatan yang panjang dimana lengkungan jembatan dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir hingga 8 lajur kendaraan dibawah jembatan.
Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan, sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi. CMP memiliki nilai estetis, sehingga dapat menjadi suatu _landscape_ dan bahkan bisa menjadi _landmark_ suatu kawasan. Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.
Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah, atau sub base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.
Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan _overpass_ juga lebih efisien secara pembiayaan. Biasanya, untuk membuat satu buah jembatan dengan beton bertulang, membutuhkan biaya sekitar Rp 120 miliar. Tetapi, untuk pembuatan overpass dengan struktur baja bergelombang dan timbunan ringan mortar busa, hanya membutuhkan anggaran Rp 35 miliar.
Pembangunan _Overpass_ Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Pemerintah Korea. Dari anggaran Rp 35 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan Overpass Antapani, komposisi pembiayaan terdiri Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari Pemerintah Korea dalam bentuk komponen material. (*)
Biro Komunikasi Publik
Kementerian PUPR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar