Dapur Sastra, 13/8/2020
Sajak :
Pulo Lasman Simanjuntak
Sungguh, Airmataku Menyelam Tujuh Hari di Selat Sunda
Sungguh, airmataku menyelam
tujuh hari di Selat Sunda
di bawah ketiak batu karang
kucuri syair lagu Sion
panggilan untuk bertobat
masa kanak-kanak sampai ibu muda
terjerat kemiskinan berkepanjangan.
Deru ombak makin ganas
menyambut dari arah belakang tubuhmu
tanpa membawa perahu nelayan
ikan-ikan pun tenggelam sejak sianghari.
Masih tercium bau mayat tsunami
meskipun tak satupun orang pantai
mengenakan masker
yang terbalut air asin.
Mari kita siapkan hati menuju surga
dalam baptisan kudus
yang telah kupersiapkan
sebelum mulutku belum dapat menelan
virus dari kota Wuhan.
Selesai sudah upacara keramat ini
meskipun telapak kaki berdarah
paha kanan tumbuh daging segar
tetap saja kutawarkan pohon sirih gading
disebrang laut
tumbuhan cabai-umbi-umbian-kerang laut, dan lumut hijau saling berkejaran.
Dan , menutup kebaktian ini dengan sebuah kesaksian
bahwa kita harus tetap setia
kepada Tuhan.
Pantai Palem Cibereum, Anyer, Sabtu, 8 Agustus 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar