Senin, 22 Desember 2025

Hari Ibu dan Peluncuran Buku Antologi Puisi dan Cerpen Kepak Sayap "Anak Merah Putih Tidak Takut Masalah" : Melalui Karya Sastra, Suara Anak Indonesia Dihadirkan Sebagai Subyek Layak yang Didengar, Dihormati dan Dilindungi

JAKARTA- Melalui karya sastra,  suara anak Indonesia dihadirkan bukan sebagai pelengkap, melainkan sebagai subjek yang layak didengar, dihormati, dan dilindungi.

Demikian dikatakan oleh Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronika Tan ketika memberikan kata sambutan yang dibacakan oleh Dra.Eko Novi Aryanti Rahayu Damayanti, Msi, Asisten Deputy Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pemenuhan Hak Anak Wilayah II.

Pada peluncuran dan diskusi antologi puisi dan cerpen Kepak Sayap Bunda " Anak Merah Putih Tidak Takut Masalah" bersama Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) -dengan moderator Rissa Churria - di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Gedung Panjang Lantai IV, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Senin siang (22/12/2025) sekaligus memperingati Hari Ibu 2025.

"Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu pada Selasa 22 Desember 2025 ini, kehadiran buku  
antologi puisi dan cerpen ini akan menjadi pengingat bahwa pengasuhan, kasih sayang, dan perlindungan adalah pondasi utama bagi tumbuh kembang anak," katanya.

Menurutnya, karya dalam buku antologi puisi dan cerpen Kepak Sayap Bunda "Anak Merah Putih Tidak Takut Masalah " setebal 542 halaman ini adalah sebuah karya yang lahir dari kepedulian, keberanian, dan cinta terhadap.dunia anak Indonesia. 

"Karya dalam buku ini memotret dunia anak dengan bahasa yang jujur, dan menyentuh tentang harapan, luka,  keberanian, dan tentang mimpi yang terus tumbuh meskipun dalam keterbatasan," ucapnya.

Dikatakannya lagi, keluarga tidak dapat menjalankan peran pengasuhan sendiri.Pengasuhan yang kuat di rumah perlu ditopang oleh komunitas yang peduli.Kerika anak melangkah keluar dari rumah, ia berhadapan dengan sekolah, teman sebaya, ruang publik dan dunia digital.

"Disinilah peran komunitas menjadi sangat penting sebagai perpanjangan tangan pengasuhan keluarga.Taman Insoirasi sastra Indonesia merupakan contoh nyata bagaimana komunitas dapat menjadi ruang aman dan ruang tumbuh bagi anak, cerita-cerita yang diangkat dapat menjadi inspirasi bagi keluarga Indonesia," kilahnya.

Wakil Menteri Veronica Tan di ujung kata sambutannya sekali lagi mengatakan melalui sastra dan ruang ekspresi, anak-anak diberikan kesempatan untuk menyuarakan pikiran, perasaan, dan pengalaman hidup secara aman dan bermartabat.

"Sastra menjadi jembatan empati, memperkuat koneksi antar manusia, sekaligus menumbuhkan keberanian anak untuk mengenal dan menyampaikan dirinya," pungkasnya.

Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) Octavianus Masheka-yang membuka acara sastra tersebut- menyatakan rasa terima kasihnya kepada Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan atas peran sertanya yang sangat besar terhadap penerbitan buku ini.

"Ini adalah suatu bukti bahwa Kementerian PPPA mempunyai perhatian yang besar terhadap permasalahan ibu dan anak yang diekspresikan dalam karya sastra.Sesungguhnya saya juga ikut prihatin kondisi anak-anak di Indonesia yang masih mengalami kekerasan pada anak.Semoga buku antologi puisi dan cerpen ini dapat bermanfaat," katanya.

Denyut Nadi Kemanusiaan 

Sementara itu Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Kadispusip) Provinsi DKI Jakarra Nasruddin Djoko Surjono mengatakan sastra adalah denyut nadi kemanusiaan.

Di dalamnya tersimpan suara-suara yang tak selalu terdengar di ruang fornal, kegelisahan, luka  harapan, dan cinta.Melalui sastra, kisah-kisah ibu termasuk mereka yang menghadapi bencana tidak tenggelam menjadi angka statistik  tetapi hidup sebagai cerita, ingatan dan pelajaran kemanusiaan.

"Untuk itu saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) yang secara konsisten merawat sastra sebagai ruang keberpihakan, ruang tempat nilai-nilai kemanusiaan terus dijaga dan disuarakan," katanya.

Sejak beberapa tahun terakhir , lanjutnya, ruang sastra telah menjadi mitra dialog kebijakan, tempat nilai perlindungan, kasih, dan keberpihakan disuarakan secara manusiawi.

Dari satu antologi ke antologi berikutnya hingga "Kepak Sayap Bunda" hari ini kehadiran pemerintah tidak tampil sebagai pengarah, melainkan sebagai pendengar dan penguat yang membuka ruang agar sastra turut menjadi bagian dari upaya menjaga masa depan anak-anak indonesia. 

"Kekuatan buku antoligi puisi dan cerpen ini juga terletak pada kebersamaan suara.Sekitar 190 penyair dan 90 cerpenis dari berbagai penjuru nusantara telah menyatukan rasa dan kepedulian.Ini menunjukkan bahwa sastra indonesia hidup dan peka hadir untuk menyentuh persoalan paling mendasar dalam kehidupan manusia ," ucapnya.

Buku antologi puisi dan cerpen Kepak Sayap Bunda "Anak Merah Putih Tidak Takut Masalah" mengajarkan kita bahwa perlindungan tidak selalu hadir dalam bentuk kekuasaan atau suara keras  melainkan melalui ketenangan, kehadiran, dan keteladanan.

"Dari ketenangan seorang ibu, lahir keberanian seorang anak.Dari pelukan yang tulus,tumbuh daya tahan menghadapi masalah," pungkasnya.

Parade Baca Puisi 

Dalam diskusi sastra -yang diselingi baca puisi dalam rangka Hari Ibu 2025- nara sumber (Pembicara) Reza Indragiri, Master Psikolog Forensik menyinggung soal data dari SIMFONI-PPA (Juli 2025) yang menyebutkan  tercatat ada 15.615 kasus kekerasan kepada anak yang mayoritas berusia 13-17 tahun. Ironisnya terjadi di.lingkungan rumah tangga yang harusnya menjadi ruang aman dan nyaman.

" Sebagian besar anak yang jadi korban kekerasan tidak akan menjadi pelaku.Namun bisa dipastikan sebagian besar anak yang men jadi pelaku sesungguhnya akan menjadi korban.Anak merah putih tidak takut masalah , posisi mereka menjadi tidak takut lada masalah karena kita sorot dari pintu sebelah kanan.Dengan harapan takut pada masalah karena kita sorot dari pintu sebelah kiri,"pungkasnya.

Parade baca puisi-didahului dengan musikalisasi puisi.oleh gitaris Rinidiyanti Ayahbi- berturut-turut tampil Fanny Jonathans Poyk, Kurnia Effendi, Halimah Munawir, Nurhayati, Indar, Jamal Rahman Iroth berpasangan dengan puteranya Arung Larik Pramudya Rahman (7tahun) dari Bolangmongondow, Sulut ,  Farinnisa, dan Ferlynda Natasya Andreana.

Ikut hadir sebagai tamu acara sastra tersebut antara lain  Penyair dan Sastrawan seperti Imam Ma'arif, Remmy Novaris DM, Pulo Lasman Simanjuntak, Giyanto Subagio, Erwan Juhara, Shobir Poer,Nuyang J, Arieg Joko Wicaksono, dan masih banyak lagi.(Lasman Simanjuntak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar