Jakarta,BeritaRayaOine,MUKJIZAT SEORANG PEMBANTU YANG TELAH MENJADI MAJIKAN* #Sharing dari Dessy Philippos
(Ini adalah kisah nyata yang terjadi di sebuah keluarga Kristen yang berasal dari Ambon yang kini tinggal di Bintaro, Jakarta Selatan) Kisah nyata ini diceritakan oleh *Ps. Andreas Christanday, S.Th*
Beberapa tahun yang lalu keluarga ini memiliki 2 orang pembantu. Satu bernama Iyem yang sudah agak lama bekerja dalam keluarga ini dan satu lagi Atun yang baru bekerja di rumah itu. Keluarga ini adalah Kristen yang taat, di rumah mereka sering diadakan persekutuan doa setiap minggunya dan setelah selesai acara mereka selalu mengadakan jamuan makan malam bersama seluruh orang yang hadir dalam persekutuan doa tersebut.
Setelah sebulan bekerja, Atun mulai tidak betah. Atun merasa capek karena setiap rabu malam harus mencuci piring dan gelas dan harus membersihkan rumah sampai tengah malam setiap acara doa dan makan bersama berakhir. Dalam kelelahan setelah bekerja, Atun bergosip dengan Iyem yang ternyata sudah menjadi Kristen karena sering diajak sang majikan untuk ikut dlm persekutuan doa tersebut.
Atun berkata kepada Iyem, "Aku nggak kerasan kerja di sini apalagi dgn majikan yang orang Kristen. Tiap minggu harus kerja ekstra." Si Iyem menjawab, "Tun, dimana pun kamu kerja, yg namanya pembantu ya pasti begini, pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Kalau aku sih sudah betah kerja disini karena keluarga mereka baik sama aku. Bagi aku yang penting majikan kita baik sma kita itu sudah cukup." Mendengar jawaban Iyem, Atun akhirnya berubah pikiran dan mau tetap bekerja dalam keluarga itu.
Pada suatu hari saat persekutuan doa berlangsung seperti biasa. Atun mencuri-curi dengar khotbah yang disampaikan pendeta. Dia mendengar firman yang menyebutkan bahwa apapun yang kita minta dalam Nama Yesus, kalau kita percaya dengan iman, kita akan menerimanya. Dengan kata lain doa kita akan terkabul. Sampai larut malam Atun tidak bisa tidur memikirkan khotbah pendeta itu. Dia bertanya sama Iyem, "Yem, apa benar Tuhan-nya orang Kristen, Yesus itu hidup dan kalau minta apa saja ke Dia, doa kita akan terkabul seperti kata bapak pendeta tadi?" Si Iyem menjawab, "Oh iya, sudah pasti itu Tun, aku juga percaya."
Si Atun bertanya lagi, "Tapi kan aku sudah punya agama sendiri, jd gimana dong caranya supaya aku bisa berdoa pada Yesus, Tuhannya orang Kristen itu?" Si Iyem menjawab, "Begini aja Tun, klo kamu sedang berdoa menurut kepercayaanmu, titip aja semua doamu itu kepada Tuhan Yesus, terserah mau gimana caranya km berdoa yang penting jangan lupa titip doamu kepada Tuhan Yesus." Karena masih penasaran Atun bertanya, "Lalu, Aku harus menghadap ke mana kalo berdoa Yem? Utara, selatan, barat, timur?" Si Iyem menjawab, "Terserah aja mau ke barat, timur, utara, selatan, itu nggak masalah Tun."
Perkataan pendeta tadi terus terngiang di pikiran Atun. Atun kembali bertanya kepada Iyem. "Yem, kalau aku minta sesuatu kepada Yesus, pasti terkabul kan Yem?" Iyem balik bertanya, "Atun mau minta apa sih sebenarnya?" Jawab Atun, "Begini loh, kalau Tuhannya orang Kristen itu beneran Tuhan, aku cuma mau minta satu hal aja Yem, aku mau nasibku dirubah dari seorang pembantu menjadi majikan. Itu aja kok Yem." Saking terkejut nya mendengar perkataan Atun, Si Iyem terlonjak dr tempat tidurnya dan berkata, "Waduh Tun, itu permintaanmu sulit amat Tun, masa pembantu jadi majikan. Nasib kita sudah begini Tun, ya terima aja Tun, sudah gak usah aneh- aneh."
Akhirnya Iyem tertidur, tetapi Atun bertekad bulat akan menitipkan doanya mulai besok kepada Yesus dan itu benar- benar dia laksanakan. Setiap kali berdoa menurut kepercayaan nya, Atun meminta supaya Yesus mengubah nasibnya dari seorang pembantu rumah tangga menjadi seorang majikan. Minggu demi minggu, bulan demi bulan dia mendoakannya dengan tekun.
Adapun, majikan mereka masih memiliki saudara yang tinggal di Belanda. Kerabat mereka ini sudah puluhan tahun tidak pulang ke Indonesia sehingga mereka sudah lama tidak bertemu. Suatu hari saudara ini meminta dikirimi foto dari keluarga Ambon ini. Singkat cerita suatu sore tukang foto keliling yang biasa lewat di depan kompleks perumahan itu dipanggil untuk membuat foto keluarga terbaru untuk dikirim ke Belanda.
Pada saat berfoto bersama, tiba tiba si Atun meminta pada sang majikan, katanya, "Nyonya, Atun boleh ikut foto ya?" Permintaan Atun dikabulkan oleh sang majikan. Nah, di dalam foto keluarga itu, Si Atun yg tampak paling menonjol sendiri, dengan kulit hitam, senyum lebar dan giginya yang putih. Setelah jadi, foto langsung dikirim ke Belanda.
Seperti biasanya dalam kebanyakan keluarga Ambon, mereka biasa meletakkan album keluarga di ruang tamu hingga pada suatu ketika kerabat mereka yang di Belanda didatangi teman baik mereka, seorang Pria muda berkebangsaan Belanda yang kaya raya dan belum berkeluarga. Begitu si bule membolak-balik album, dia memerhatikan foto keluarga dari Bintaro, tempat gambar si Atun nongol dalam foto keluarga itu. Entah kenapa semakin pria bule itu melihat foto Atun, semakin terpesona hati pria bule itu pada si Atun.
Pria bule itu memberanikan diri, dia bertanya, "Siapa sebenarnya wanita yang satu ini yang ada dalam foto ini?" Temannya menjawab, "Oh itu si Atun, pembantu rumah tangga dari keluarga yang tinggal di Jakarta." Pria bule itu kebingungan dengan dirinya sendiri, dia benar-benar naksir berat pada si Atun.
Akhirnya pria bule itu memberanikan untuk mengirim surat ke Jakarta dan meminta berkenalan dengan Atun. Atun yang tiba- tiba mendapat surat dari seorang Pria Belanda tentu saja sangat terkejut karena merasa tidak pernah punya sahabat pena di luar negeri. Singkat cerita mulailah terjalin hubungan surat-menyurat antara Atun dan pria bule itu. Pria itu berjanji akan datang ke Jakarta untuk melamar Atun. Setelah tiba di Bintaro, si pria bule minta izin kepada majikan Atun utntu mengajak Atun pulang ke kampung halamannya di Tegal selama 2 hari karena akan melamar Atun. Sampai di kampung halaman Atun, orang satu kampung gempar melihat si Atun pulang kampung dengan menggandeng seorang pria bule sebagai calon suami.
Setelah mendapat persetujuan dr orang tua Atun, akhirnya pernikahan pun dilangsungkan dan Atun diboyong ke Belanda. Dua tahun kemudian, Atun kembali ke Jakarta dan menginap di rumah mantan majikannya di Bintaro. Dia menginap bersama suami dan anak hasil perkawinan mereka yang bernama Erick. Begitu tiba di rumah mantan majikannya, Atun langsung menuju ke kamar belakang tempat ia dulu tidur bersama Iyem. Maksudnya untuk tidur kembali di kamar itu. Nyonya rumah itu tentu saja melarangnya. "Tun, kamu tidak usah tidur di belakang lagi, kami sudah menyiapkan kamar tamu untukmu dan keluargamu.
Pada hari rabu, seperti biasa keluarga itu mengadakan persekutuan doa di rumah itu, Atun pun ikut dalam persekutuan doa tersebut. Dengan air mata berlinang Atun bersaksi bahwa Yesus sungguh Tuhan yang ajaib dan hidup. Dia lalu bercerita bagaimana selama satu tahun dia bergumul meminta Tuhan mengubah nasibnya dari seorang pembantu menjadi seorang majikan dan saat itu dengan terisak-isak Atun menceritakan segala keajaiban yang dialaminya. Tuhan Yesus sudah menjawab doanya dan mengubah nasibnya. Hari itu juga Atun memberi diri dibaptis dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat nya. Sang nyonya yang tidak tahu menahu pergumulan si Atun selama itu tidak tahan untuk tidak menangis. Dia memeluk si Atun dan semua orang yang ada dipersekutuan doa itu terharu mendengar kebesaran dan karya Yesus dalam kehidupan si Atun.
Dari seorang pembantu menjadi seorang majikan. HaleluYAH.
Bagikan sharing ini jika kamu diberkati..
(Lasman Simanjuntak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar