KADO ULANGTAHUN DIBUNGKUS KERTAS PUISI
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
tanpa kecupan
doa dan mimpi
kelaparan selalu jadi sarapan
untuk nyanyian pagihari
bau bensin mengiringi
kematian liar ini
kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
siapa mau menjenguk matahari
hiburan batin
menebang pohon
taman hati
kado ulangtahun hari ini
dibungkus kertas puisi
sambil menunggu
hubungan batin pujangga basi
pada hari-hari menua
di ranjang besi
tak ada lagi
tangisan bayi
menjual perhiasan dan barang
warisan mati
Pamulang, Senin 20 Juni 2022
MELAWAT RUMAH SAKIT KELAPARANKU JADI SIRNA
duduk lelah
disuntik narkotika
pil warna merah
setelah seharian
menyantap
cerita mitos
sekumpulan ikan goreng
disantap di atas meja omong kosong
dari mulut pewarta tua
lalu membuka jendela rumah untuk kesepianku disensus nyonya kaya
sambil terus menunggu kedatangan
bukan pujangga sastra
membawa kabar dari surga
aku sempat bersyair
di kamar mandi milik pesakitan
rumah sakit makin bertingkat-tingkat
orang-orang telah mengunyah permen coklat
“sakit jantungnya harus ganti salah obat,” ujar perempuan sulung sambil mengajak untuk pesta perjamuan
telepon seluler telah berhenti berdering
pesta adat perutku butuh asupan makanan sehat
mata uang juga makin liar
masuk dalam selimut mimpi sorehari
diselesaikan dengan doa berdarah
tiap subuhhari dibungkus kegelisahan
RS.Bhayangkara Lemdiklat Polri, Jakarta Selatan, Kamis sore 16/6/2022
MENULIS PUISI TANPA MEZBAH PAGI
menulisi puisi
tanpa mezbah pagi
bersama permaisuri mati suri
larik puisi ini ternyata masih membutuhkan seribu ton beras impor
yang tersimpan dalam kompor
menulis puisi
tanpa mezbah pagi
bersama perkawinan kurus kering kerontang
bait puisi ini
ternyata masih membutuhkan tiupan daun-daun migas
tersembur liar dari cuaca makin panas
lalu kemanakah penyair usia senja
ini mau bercerita
gadai gitar yang bisa bernyanyi rock n roll dengan perut lapar
pinjaman oline yang bertebaran dalam
paru-parunya yang lumpuh setengah badan
ataukah kupilih terus menulis puisi
tanpa matahari risih
tanpa sungai mati
tanpa laut berombak kisruh
tanpa kuburan
dengan kain kafan kejang-kejang
masihkah iman ini kuat
ditusuk bertubi-tubi
dengan jutaan jarum kebenaran
Jakarta, Senin 22 Agustus 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar