Jakarta,BeritaRayaOnline,-Sembalun memiliki sejarah panjang produsen bawang putih nasional. Para petani sudah terbiasa tanam, seiring membanjirnya impor, lamban laun petani menyusut tersisa 10% saja.
Adanya program bawang merah 2018 dan wajib tanam 5 persen oleh importir, kini 45 persen petani bangkit kembali menanam bawang putih.
Hal ini menarik minat anggota IV BPK RI, Prof. Rizal Djalil yang juga didampingi oleh Dirjen Hortikultura, Suwandi melakukan kunjungan kerja pengembangan bawang putih ke Sembalun.
Kehadiran Anggota IV BPK RI dan Dirjen Hortikultura di Sembalun disambut suka cita para petani, penyuluh dan dinas pertanian. Saat berdialog, Prof Rizal sangat antusias menjawab segala ungkapan petani seputar benih, perlunya embung, usul pemanfaatan lahan hutan, permodalan, perlunya gudang penyimpanan berukuran besar.
Rizal mengatakan diriny sudah menangkap kondisi lapangan, perlu mendorong semua faktor produksi menjadi cukup, embung sumber air perlu didukung Kementerian PUPR.
" Pemanfaatan lahan bersinergi dengan kehutanan, teman teman kehutanan perlu turun lihat lokasi dan harus membuat garis yang jelas batas batas yang boleh ditanam. Permodalan perlu didukung dari perbankan, juga perlu disediakan gudang penyimpanan yang besar," ungkapnya.
"Itu yang saya dapat dari sini, kecakapan petani sudah bagus, kelihatan chemistry -nya.Sekarang menjadi tugas pemerintah mendorong ini semua. Sehingga Sembalun akan menjadi prioritas bawang putih, "jelasnya.
Saat mengunjungi hamparan bawang putih, Prof Rizal merasa kagum dan optimis akan potensi sembalun dan program swasembada bawang putih 2021.
“Saya tahu semangat pak Menteri, saya pikir tidak perlu menunggu swasembada 2021. Saya apresiasi dan mendukung. Bisa lebih cepat. Asalkan extra kerja keras. All out”,"terangnya.
Menjawab permasalahan di Sembalun, Rizal berjanji akan menghubungi pihak terkait sesegera mungkin. “Saya akan minta PU untuk identifikasi titik air dan dibuatkan embung sebanyak yang dibutuhkan. Saya minta minggu depan urusan air sudah clear," tegasnya.
Juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait potensi lahan di wilayah hutan yang dapat dimaksimalkan oleh masyarakat petani untuk menanam.
“Saya juga minta untuk dibangun gudang penampungan dengan kapasitas besar, dan saya akan bicara dengan Bank BRI untuk membantu permodalan,"ungkapnya.
Rizal juga mengingatkan kebijakan dan ijin impor haruslah selektif. Beliau berjanji akan membantu dengan langkah kongkrit sekembalinya ke Jakarta nanti.
Sembalun memiliki potensi lahan 4000 hektar dan potensi luas tanam 7000 hektar setahun. Sampai saat ini baru 2000 hektar yang ditanami bawang putih.
Sampai dengan akhir Desember 2018, mampu memproduksi 3000 ton benih. Produksi bawang putih tahun 2017 mencapai 4.705 ton dengan luas panen 348 hektar.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Zaini menyampaikan harapannya akan menambah
luas tanam dan produksi seiring dengan adanya wajib tanam oleh importir di Sembalun.
“Sampai saat ini terdapat 14 importir masuk dan bermitra di sembalun. Total wajib tanam mencapai 2700 hektar. Sudah banyak yang panen dengan hasil cukup baik," jelasnya.
Azis, salah satu penangkar benih Sembalun mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Program ini berdampak langsung kepada kami petani, Alhamdulillah importirnya juga punya komitmen baik,"ungkapnya.
Dirjen Hortikultura Suwandi kembali mengingatkan agar kedua belah pihak menjaga komitmen, berproduksi dengan maksimal.
“Saya harap kerjasama ini dapat terus berlanjut, karena nilai investasi yang dikeluarkan cukup tinggi. Komitmen pemerintah jelas, kami akan tutup keran impor bawang putih tahun 2021," tegasnya.
Program swasembada bawang putih 2021, Kementerian Pertanian 2018 mengalokasikan bantuan kawasan bawang putih seluas 5.943 hektar lebih dalam bentuk bantuan benih, pupuk dan sarana produksi pendukung lainnya.
Sedangkan tahun ini diperkirakan 7.400 hektar akan ditanam importir kerjasama dengan kelompoktani
Target luas tanam untuk mencapai swasembada bawang putih pada 2021 seluas 80.000 hektar.(*/press rilis kementan/bro-3)
Editor : Lasman Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar