Oleh : Lasman Simanjuntak/Pemimpin Komunikasi GMAHK Jatinegara--Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id/ myberitaraya.blogspot.com/beritaraya tv
Dalam teknik melaporkan ( to report) setiap jurnalis yakni wartawan atau reporter, tidak boleh memasukkan PENDAPAT PRIBADI dalam berita yang ditulis, dibacakan, atau ditayangkan.Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das Sein), bukan laporan tentang fakta bagaimana seharusnya (das Sollen).Berita adalah fakta objektif (jgn subyektif).Sebagai fakta obyektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak.mana pun.
Oleh karena itu jurnalis dituntut bersikap jujur (sincerty).Jangan memanipulasi atau merekayasa fakta dan kebenaran.Tidak boleh menambah atau mengurangi fakta yang ditemukannya.Ingatlah selalu, jurnalis adalah seorang reporter.Seorang reporter berarto seorang pelapor.Seorang pelapor bearti harus obyektif.Apa pun yang dikatakannya atau ditulisnya harus dapat dipercaya.
Reporter, jurnalis, dan wartawan di Alkitab disebut JURU TULIS (Mazmur 45:1, Yeremia 36: 26, dan Yeremia 36 : 32).Sedangkan dalam MENULIS BERITA di Peraturan Jemaat ada di halaman (116-117 tentang Komunikasi)
I.)5 W + 1 H adalah rumus paling terkenal dalam ilmu jirnalistik.Rumus ini digunakan wartawan dalam penulisan atau penyajian berita, dan bersifat universal atau berlaku di dunia jurnalistik mana pun di muka bumi ini.
Rumus ini tidak lain adalah singkatan dari :
1) What atau apa
2) Who atau siapa
3) Where atau di mana
4) When atau kapan
5) Why atau mengapa
6) How atau bagaimana.
Setiap berita yang ditulis, disiarkan atau ditayangkan, wartawan haruslah memuat unsur-unsur tersebut.
Salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak terdapat dalam sebuah berita, maka berarti berita tersebut tidak sempurna atau tidak lengkap.Akibatnya, informasi pun menjadi tidak jelas.
Jadi, unsur 5 W+1H wajib ada dalam sebuah berita.Sayangnya, maaih banyak wartawan yang lupa dengan rumusan penting ini.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada contoh penulisan berita berikut ini.Simak dan perhatikan unsur-unsur 5 W+1 H.
Tabrakan di Jalan Tol Jagorawi, Satu Orang Tewas
Jakarta, BeritaRayaOnline, Tabrakan terjadi di jalan tol jalan tol Jagorawi di sekitar pabrik semen Cibinong, Minggu siang (15 Mei 2003-15/5/03), dan merengut nyawa pengemudinya Rachmat Hidayat (50), Direktur Utama PT.Kurawa.Mobil Toyota Kijang yang dikemudikannya terbalik setelah menabrak truk gandengan yang mengangkut batu kali.
1) What atau apa : tabrakan (baca ulang lead/pembukaan berita)
2) Who atau siapa : Rachmat Hidayat (50), Direktur Utama PT.Kurawa.
3) Where atau dimana : Di Jalan Tol Jagorawi, sekitar pabrik semen Cibinong.
4) When atau kapan : Minggu siang (15 Mei 2003- 15/5/03)
5) Why atau mengapa : menabrak truk gandengan yang mengangkut batu kali
6) How atau bagaimana : Mobil Toyota Kijang yang sedang melaju di Jalan Tol Jagorawi menabrak truk gandengan, lalu terbalik di sekitar pabrik semen Cibinong......dst
Sebuah berita dianggap sempurna jika memenuhi persyaratan unsur 5 W+ 1 H itu.Termasuk untuk berita-berita di media elektronik radio dan televisi.Apalagi di TV, dengan dukungan gambar sebagai fakta peristiwa, maka kian sempurnalah beritanya.
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5 W+1 H, agar berita itu lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik.Artinya, berita itu mudah disusun dalam pola yang sudah baku, dan mudah, serta cepat dipahami isinya oleh pembaca (media cetak seperti suratkabar, atau majalah, media online, media alternatif/medsos) ,pendengar (radio), atau pemirsa (televisi).
Sekali lagi, diulang (diingat lagi) enam unsur dasar yaitu apa (what), siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how)
1) What atau apa : peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak.
2) Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu.
3) When berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit..dan bisa juga kemarin, baru-baru ini, atau belum lama ini.
4) Where berarti dimana peristiwa itu terjadi
5) Why berarti mengapa peristiwa itu sampai terjadi.
6) How berarti bagaimana jalannya peristiwa itu atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa tersebut.
Unsur-unsur teori jurnalistik ini dinyatakan dalam kalimat (gabungan dari beberapa huruf) yang ringkas, singkat (5 paragraf/alenia) padat, jelas, dan menarik !
Bahkan para praktisi jurnalistik kerap menambahkan satu unsur lagi yaitu AMAN (safety = S), sehingga rumusnya menjadi 5 W+1 H (1 S).
Maksudnya, berita apapun yang disiarkan diyakini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi massa bersangkutan dan bagi masyarakat serta pemerintah.Berita suratkabar dan televisi misalnya senantiasa merujuk pada formula 5 W+1 H (1 S) itu dengan pertimbangan khalayak pemirsa yang dilayani sangat heterogen. (Produk jurnalistik itu dilindungi UU Pers No.40 Tahun 1999, UU IT/ dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ))
2)Piramida Terbalik : Dikembangkan dalam Jurnalisme Moderen, lahir sekitar tahun 1840-an ketika suratkabar mulai dihubungkan dengan penggunaan telegraf.
Berita yang baik selain memenuhi persyaratan bentuk.Dalam ilmu jurnalistik ada yang dikenal dengan bentuk Piramida Terbalik.Bentuknya persis seperti piramida yang terdapat di negara Mesir, tetapi letaknya terbalik.Bagian dasarnya di atas, dan kemudian mengerucut serta meruncing ke bawah.
Piramida terbalik adalah struktur penulisan atau penyajian berita paling dasar yang umum dilakukan wartawan.Dengan cara ini wartawan mengutamakan semua informasi PENTING pada bagian awal berita, kemudian makin ke bawah memuat informasi yang KURANG PENTING.Pada bagian atas berisi INTI INFORMASI, kemudian penjelasan dan rincian, dan seterusnya hal-hal pelengkap informasi.Pendek kata, Piramida Terbalik adalah struktur penyajian berita dari yang PALING PENTING hingga YANG TIDAK PENTING.
Hal ini sangat menghemat space atau halaman media cetak dan waktu atau durasi media elektronik.Redaktur (editor) akan gampang dan cepat jika harus.melakukan pemotongan (editing) berita, tinggal.memotongnya dari bagian bawah.Sedangkan bagi pembaca atau pemirsa, bentuk Piramida Terbalik memudahkan, terutama bagi orang-orang yang sibuk dengan hanya membaca berita bagian atasnya saja, sudah cukup tanpa harus membaca sampai selesai.
Dengan demikian paragraf pertama.merupakan pesan berita SANGAT PENTING, maka paragraf berikutnya masuk dalam kategori PENTING, CUKUP PENTING, KURANG PENTING, AGAK KURANG PENTING, TIDAK PENTING, dan SAMA SEKALI TIDAK PENTING.Rumusnya semakin ke bawah, semakin tidak penting.
Piramida terbalik terdiri dari Judul Berita (Headline), Teras Berita (Lead-sangat penting), Perangkai (Bridge-penting), Tubuh Berita (Body-cukup penting) dan Kaki Berita (Leg-kurang penting).
3) Bahasa Indonesia Jurnalistik
Bahasa Indonesia jusrnalistik tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.Ciri utama bahasa Indonesia jurnalistik diantaranya :
A.Sederhana : sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca.Khalayak pembaca sifatnya sangat heterogen.
B.Singkat : singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.
C.Padat : padat dalam istilah bahasa jurnalistik berarti sarat informasi.
D.Lugas : lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca.
E.Jelas : jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.
F.Jernih : jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka (buruk) atau fitnah.
G.Menarik : bahasa Indonesia jurnalistik harus menarik.Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca.Memicu selera baca.
Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan .(**/dari berbagai sumber/DBS)
Editor : Lasman Simanjuntak
Pamulang,Kamis, 20 Februari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar