Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak
MULUT
di pasar seni pada hari perhentian
yang dilanggar sebelum matahari terbenam
mulut dapat menabrak keras
jadi sebuah bencana
paling memalukan
aku ketakutan
mendengar pujangga palsu
berteriak-teriak
bumi bergetar
padahal bukan baca puisi
sampai senjahari
semoga darah jantungnya
tak lagi memompa keterasinganku
sampai amarahnya meledak
di lantai keramik selasar berbayar
cepatlah naik ke pentas pertunjukan teater
ada ritual-ritual paling mengerikan
supaya tuntas
antara mulut dan kehidupan rohani
tetap harus menyatu
Jakarta, Minggu 30 Oktober 2022
DIAGNOSIS
bermula dari sehamparan lantai beton
disuntik kuman sangat dingin
ia tertidur nyenyak
tak sadar tubuhnya
dimakan lahap
sangat ganas
bertahun-tahun menikmati
harta kekayaan disebar
dengan tangan kemalasan
kini ia terbaring lemah
tenggorokannya lumpuh
dengan paru-paru berdarah
disedot kesunyian
mencair dalam slang infus biru
dipanggilnya keluarga inti
menghadap seribu malaikat
berjubah hijau lumut
dipaparkan gejala dan tanda klinis
dosanya tersumbat di jantung
amarahnya bersembunyi di ginjal
ia sendiri ingin lari ke padang gurun
sangat ketakutan
sudah terbayang hari esok
mimpinya harus kembali turun
ke area pemakaman sendirian
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman
Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022
LELAKI TANPA KELAMIN
lelaki tanpa kelamin
rajin menyapa hujan sore hari
setiap mau menembus belantara kota
hari-hari mengerikan
paru-parunya telah terinfeksi
bakteri takut matahari
bahkan jantungnya
hanya berdetak dua kali
semakin gelap gulita
mau turun ke planet
orang mati
lelaki tanpa kelamin
punya sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seisi rumah suci
tempat kumpulan orang berdoa
memunguti dosa-dosa
masa lalu paling menyakitkan
lelaki tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangkit lagi
menabur bunga mawar
di atas ranjang penyakit menular
sungguh sangat liar
masihkah ada pengharapan
lantaran kemiskinan
terus berkepanjangan
Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022
RANJANG MAUT
kusapa dari wajah kitab suci
tubuhmu terus membengkak
menjelma jadi sebuah bangunan
rumah sakit bertingkat-tingkat
lalu menatap langit senjahari
yang menelan habis
kuman-kuman diagnosis penyakit
menyebar kesepian berdahak
dari seorang perjaka tak punya sperma
pukul berapa jam bezuk, tanyamu
bau infus telah menyebar sampai
tanah kuburan yang basah
airmata memerah
amarah menular dusta
“kalau kematianku tiba, biarlah dibungkus kain kafan tua, sebab peti mati harganya terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu
maka sebelum pulang ke rumah
telah kusodorkan ranjang maut ini
persis di bawah perutmu yang berlobang
disuntik menjadi sebuah terowongan berair
tembus sampai ke liang lahat
mengerikan memang !
Jakarta, Rabu Sore, 19 Oktober 2022
KHOTBAH
berabad-abad khotbah
sudah digelar
di atas mimbar tradisional
sampai menelan rakus
media digital kelaparan
kita mau berjalan pasti
menembus langit merah ketiga
padahal setiap lonceng arloji
berdetak keras
kita telah tersesat
dalam sebuah permukiman liar
tak mampu lagi menyanyikan
tentang lima ribu orang makan roti perjamuan
ikan-ikan beterbangan
benua orang-orang kesunyian
haruskan kita bermain sandiwara ?
sepanjang pekabaran surga
disampaikan bertubi-tubi
pada layar zoom
disuguhkan segelas jeruk
dalam perut bumi
sementara busana kita berdarah beku
ditabrak keras rembulan
di bawah jembatan kereta melayang
trotoar jalan keremangan
air jamban
tak mampu lagi kulanjutkan khotbah ini
karena aku harus segera
kembali masuk rahim bumi
dengan tangan kudung
dalam sembilan angin sakal
terjual sangat membosankan
Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis 13 Oktober 2022
KOLAM KEMATIAN
seikat perjalanan dimulai dari peta
kuku-kuku waktu
menggelisahkan sekujur tubuhku
tak lagi mampu menghisap
mulut matahari
bernyanyi kidung pagihari
sepi makin terkurung pada batin ini
apa lagi yang harus disantap
dari dalam perutmu tak ada janin bayi
tinggal terbungkus tulang belulang
ditikam gizi buruk
pada cuaca ekstrem yang semakin buruk rupa
tidurlah sayang
sampai nanti
jasad ini mau dibakar
beralaskan debu dan tanah
pada akhirnya
aku terus berlari keletihan
mengejar angin malam kecelakaan
imajinasi sungguh mematikan
sampai di pertengahan kota
ada darah segar
di pori-pori aspal jalan
"jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan," pesan terakhir seorang lelaki muda
tanpa buah dada
terkapar
mencium ganas rembulan
Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022
LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI
lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari begitu keras
lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi
bantalnya batu ditiup angin pagi
tak memikirkan harga-harga
pangan melambung tinggi
air minumnya dari bensin
dengan bayaran hanya kuitansi
sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung di kamar mandi
disetubuhi bau terasi
bangkai tikus mati
rajin onani berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini
tanpa kelaparan lagi
Jakarta, Rabu 7 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar