Selasa, 03 Juni 2025

TISI akan Menggemakan Sastra Anak Pulau dan Suara Ibu di PDS.HB.Jassin, TIM, Jakarta

JAKARTA- Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) akan melakukan inovasi dengan menjaring publik untuk mau datang mengikuti diskusi sastra melalui hadiah buku dan uang tunai.

"Mengikuti diskusi sastra secara indoor  datang dapat ilmu, pulang dapat hadiah buku dan uang tunai.TISI akan mulai menjaring publik baik masyarakat umum.maupun masyarakat sastra.Pokoknya TISI selalu mencari publik baru untuk sastra.Mari bertukar tangkap dalam.sastra," ujar Octavianus Masheka, Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISi) kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/6/2025).

Hal tersebut dikatakannya sehubungan dengan acara ' tiga hari bersama Taman Inspirasi Sastra Indonesia "  dimana mulai tanggal 19 Juni 2025 sampai dengan 21 Juni 2025, Taman Inspirasi Sastra Indonesia  akan mengadakan kegiatan peluncuran buku sastra berupa antologi puisi yang juga akan memberikan kata sambutan pada kedua acara tersebut yakni Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI (yang baru-red)  Nasruddin Djoko Surjono.

Antologi Bersama Dwibahasa berjudul "Bahasa Ibu Bahasa Darahku" (produksi TISI ke -16) serta Buku Antologi Bersama berjudul  "Swara swara Anak Pulau Ahli Waris Sah Republik Indonesia" (produksi TISI ke-17) dilanjutkan dengan diskusi melalui baik.melalui layar zoom.(online) dan secara langsung (offline).

"Khusus Untuk diskusi offline akan ada hadiah berupa uang tunai dan buku bagi yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh panitia," ucap Bung Octa.

Diskusi secara online (layar zoom) peluncuran buku antologi puisi bersama "Swara-Swara Anak Pulau atau Ahli Waris Sah Republik Indonesia" akan dilaksanakan pada Kamis, 19 Juni 2025 pukul 19.15 WIB.

Sedangkan diskusi secara langsung (offline) akan dilaksanakan pada jumat tanggal 20 Juni 2025 mulai pukul 14.15 WIB di Aula PDS HB.Jassin, Lantai IV, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dengan tema "Realita dan Mimpi Anak Pulau Saat Ini".

Octavianus Masheka-yang juga dikenal sebagai seorang penyair ini- mengatakan lagi untuk launching dan diskusi buku antologi puisi Dwibahasa "Bahasa Ibu dan Bahasa Darahku " akan dilaksanakan pada hari Sabtu.tanggal.21 Juni 2025 mulai pukul 14.15 WIB di Aula PDS.HB.Jassin.

Sementara itu dalam suratnya kepada Kepala Unit Pengelola Perpustakaan 
Jakarta dan PDS.HB.Jassin  Diki Lukman Hakim dikatakan bahwa dasar pemikiran belum meratanya fasilitas dan pendidikan yang di dapat  oleh anak pulau,  maka  komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) -yang 
anggotanya ada 1.200 orang di seluruh Indonesia -menawarkan untuk memberi 
masukan kepada pemerintah dalam bentuk karya puisi yang diberi  judul “Swara￾swara Anak Pulau (Ahli Waris Sah Republik Indonesia). 

"Tujuannya adalah mengingatkan 
Pemerintah bahwa pemerataan pembangunan dan Pendidikan belum merata didapat 
oleh masyarakat Indonesia," kilah Octavianus Masheka.

Para pembicara acara ini adalah  Octavianus Masheka ( Ketua TISI ), Eka Budianta ( Penyair dan  Budayawan ) dan Prof. Nurhayati Syairuddin ( Guru Besar FIB Unhas ).

Sememtara dengan dasar pemikiran punahnya 11 Bahasa Derah di Daerah Maluku Utara dan 
Nusa Tenggara Timur, maka  Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia juga tergerak hatinya untuk menyuarakan permasalahan ini lewat karya puisi penyair Indonesia. 

Tujuannya adalah untuk merawat bahasa ibu yang dihadirkan dalam bentuk antologi puisi bersama  “Bahasa Ibu Bahasa Darahku”.

Dengan para pembicara Octavianus Masheka ( Ketua TISI ), Eva Yenita Syam ( Badan 
Bahasa ) dan Dr. Yoseph Yapi Taum ( Dekan Fakultas Sastra USD Jogya ).

"  Kasatpel Program PDS HB Jassin Yudi, juga telah memberi fasilitas untuk acara pada  tanggal 20 dan 21 Juni 2025 kepada Taman Inspirasi Sastra Indonesia," pungkas Bung Octa.(Lasman Simanjuntak)

Sabtu, 17 Mei 2025

Merayakan 50 Tahun Tokio Marine Indonesia, 11 Seniman Individu Berkebutuhan Khusus Persembahkan Karya Mural Kolaboratif

JAKARTA- Tokio Marine Indonesia merayakan 50 tahun perjalanannya di Indonesia dengan mempersembahkan karya mural kolaboratif bertema “Harapan dan Cita-Cita Masa Depan.” 

"Karya ini melibatkan 11 seniman neurodiverse atau individu berkebutuhan khusus dari komunitas Outsider Art JKT," ujar Kak Toto, Mentor Seni 11 seniman individu berkebutuhan khusus tersebut kepada wartawan di Jakarta, Sabtu siang (17/5/2025).

Berbasis di Gedung Mitra Hadiprana Boutique Mall Lt.1, Kemang, Jakarta, para seniman luar biasa ini berkarya di bawah pendampingan penuh cinta dari mentor seni mereka, Kak Toto. 

"Melalui sapuan kuas, para seniman menyampaikan impian tentang masa depan Tokio Marine Indonesia sebagai perusahaan asuransi umum global yang tangguh, ramah, dan berkelanjutan," katanya lagi.

Proses kreatif mural ini telah berlangsung sejak  tanggal 5–8 Mei 2025 (empat hari) dan ditutup dengan peresmian pada 9 Mei 2025. 

Acara ini dihadiri jajaran Direksi Tokio Marine Indonesia seperti Sancoyo Setiabudi – Presiden Direktur, Cahyo Adi, Direktur Compliance, RM, and HRGA
serta Shiro Kiyohara,  Direktur Keuangan

Dalam semangat kolaborasi, direksi dan karyawan Tokio Marine Indonesia turut menorehkan kuas ke mural sebagai simbol dukungan dan solidaritas kepada para seniman neurodiverse.

“Kami percaya setiap individu memiliki cahaya dan kekuatan unik. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen Tokio Marine Indonesia untuk menjadi perusahaan yang tidak hanya besar secara bisnis, tapi juga besar dalam nilai-nilai kemanusiaan dan pemberdayaan,” ujar Sancoyo Setiabudi.

Melalui inisiatif ini, Tokio Marine Indonesia menegaskan perannya sebagai perusahaan asuransi umum berskala internasional yang terbuka dan peduli, memberikan ruang ekspresi serta penghargaan tinggi bagi seniman berkebutuhan khusus. 

"Tokio Marine Indonesia berharap kolaborasi ini menginspirasi banyak pihak untuk terus mendukung keberagaman dan inklusivitas di berbagai bidang," pungkas Kak Toto.(Lasman Simanjuntak)


Kamis, 08 Mei 2025

Ziarah Ke Makam Pujangga Besar Chairil Anwar, TISI Sepakat Wujudkan Gerakan Moral

JAKARTA- Para sastrawan, penyair dan kritikus sastra bersama dengan komunitas sastra Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) kembali menggelar tradisi tahunan ziarah ke makam Pujangga Besar Chairil Anwar di TPU Karet, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Ziarah "sastra"  ini berlangsung hening, penuh penghormatan, dan menjadi momen reflektif 76 tahun wafatnya pelopor puisi modern Indonesia tersebut.

“Kami hadir untuk berdoa, membaca puisi, dan berdiskusi di pusara sang penyair besar Chairil Anwar ,” ujar Ketua TISI Moktavianus Masheka, yang akrab disapa Bung Octa, di Jakarta, Kamis pagi (8/5/2025).

Ziarah tersebut juga dihadiri Evawani Alissa Chairil Anwar, putri tunggal Chairil, yang tetap hadir meski dalam kondisi menggunakan kursi roda.

“Beliau tetap semangat dan membawa makanan untuk kami santap bersama sebelum acara dimulai,” cerita Bung Octa yang juga dikenal sebagai penyair menyelenggarakan event baca puisi di ruang-ruang publik terbuka di Kota Jakarta dan sekitarnya.

Sejumlah nama penting dalam dunia sastra turut hadir, antara lain kritikus sastra Maman S. Mahayana, penyair Jose Rizal Manua, Imam Ma’arif, Ewith Bahar, Sofyan RH Zaid, Aloysius Slamet Widodo, Nanang R Supriatin, Giyanto Subagio (Edo) ,novelis Yon Bayu Wahyono, dan masuh banyak lagi.

Acara diisi dengan pembacaan puisi Chairil Anwar dan diskusi yang menyoroti warisan pemikiran sang penyair.

Menurut Penyair Perempuan Indonesia Ewith Bahar acara ini bukan ajang seremonial, melainkan bentuk penghormatan yang sederhana namun bermakna.

“Kami datang dengan hati, memberikan doa dan menghidupkan kembali puisinya di rumah sunyinya,” tulis Ewith dalam unggahannya di laman media sosial (facebook-nya)

Kondisi sendu terasa saat beberapa penyair membacakan puisi Chairil Anwar di hadapan Evawani Alissa Chairil Anwar, yang matanya terlihat berkaca-kaca. Meski tak ikut ke area pemakaman, Eva turut menyimak diskusi yang digelar di area sekitar.

Dalam diskusi tersebut, muncul kembali wacana gerakan moral untuk mengenang dan mengabadikan nama Chairil Anwar secara lebih nyata.

Gagasan ini pertama kali dicetuskan Maman S. Mahayana tahun lalu dan kini mulai diwujudkan dalam bentuk tim kerja yang melibatkan penyair, akademisi, hingga pengacara, termasuk menantu Eva.

“Ada rencana besar yang sedang kami jalankan. Semoga Allah memberkati ikhtiar ini,” tutup Ewith Bahar.(Lasman Simanjuntak)


Senin, 28 April 2025

Halimah Munawir, Ketua Komunitas Obor Sastra, Baca Puisi 'Pena Kartini' di Panggung Perjuangan Penyair Merah Putih Tebet Eco Park

JAKARTA- Ketua Komunitas Obor Sastra  Halimah Munawir- sosok penyair dan pengusaha kartini masa kini -tampil dengan anggun, dan berkelas sastra saat baca puisi berjudul "Pena Kartini" pada Minggu sore (27/4/2025) di Tebet Eco Park, sebuah taman hijau ruang terbuka publik yang sejuk, asri dan jauh dari kebisingan Kota Jakarta.

Di depan ratusan orang-termasuk rombongan keluarga pengunjung taman kota tersebut-langsung “menyerbu” pentas panggung perjuangan untuk emansipasi dan pendidikan hak-hak perempuan di Indonesia  karena masih dalam rangkaian peringatan Hari RA.Kartini. 

Halimah Munawir Penyair Perempuan Merah Putih -yang juga anggota Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (IWAPI) ini- bersyukur bisa tampil baca puisi pada acara yang  merupakan bagian dari rangkaian atau roadshow  baca karya puisi di ruang publik terbuka ini.

"Senang rasanya bisa baca puisi langsung di depan masyarakat umum.Jadi kami para penyair perempuan merah putih bisa langsung pula  memasyarakatkan karya puisi di luar masyarakat sastra " ujar Halimah yang juga sering tampil baca puisi di Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB.Jassin di TIM Jakarta.

Acara sastra ini bisa diselenggarakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) dengan dukungan penuh dari Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat, Jakarta Timur  dan Jakarta Selatan serta Jagat Sastra Milenia (JSM).

" Road show baca puisi di ruang publik terbuka dalam rangka peringatan Hari Kartini  dmulai dari Museum Fatahillah di Kawasan Wisata Kota Tua Jakarta Barat , di Museum Benyamin Sueb, Jakarta Timur, dan diakhiri di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan dengan melibatkan kurang lebih 23 penyair perempuan merah putih yang juga karya puisi mereka telah dibukukan dalam buku antologi puisi bersama " jelas Moctavianus Masheka (Bung Octa) Ketua TISI di Jakarta ,  Selasa pagi (29/4/2025).

"Kami sebelumnya sudah pernah tampil di destinasi wisata Kota Tua, Jumat 18 April lalu dan karena ini karena terkait dengan Hari Kartini, maka saya membaca puisi berjudul 'Pena Kartini' seputar perjuangan emansipasi pahlawan nasional RA.Kartini," kata Halimah Munawir lagi.

Menariknya, acara yang digelar oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) menghadirkan penyair perempuan Merah Putih seperti Halimah Munawir, Fatin Papyrus Hamama, Rissa Churria, Fanny Jonathans, Nia Samsihono, Ewith Bahar, Dyah Kencono Puspito Dewi, Emi Suy, Ni Made Sri Andani, Mita K, Shantined, Erna Winarsih Wiyono, Nurhayati Nunung Noor El Niel dan masih banyak lagi.

Pada kesempatan ini juga diselingi soft launching buku antologi puisi 23 penyair perempuan Merah Putih berjudul “Habis Kartini Terbitlah Kami“. 

"Buku antologi puisi ini disiapkan kurang dari satu minggu. Alhamdulillah. Kerja kilat yang bermakna. Makasih Bang Okta dan semua sahabat penyair,” ujar seorang penyair perempuan Merah Putih lainnya yang ikut tampil baca puisi di Tebet Eco Park.

“Sebagian karya puisi yang telah ditulis dan dibacakan para penyair perempuan merah putih ini lebih terfokus pada tema sentral perjuangan emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia termasuk juga proses kreatif dalam bidang kesenian ini,” pungkas Bung Octa yang juga dikenal sebagai Penyair dan Sutradara FTV ini. (Lasman


Senin, 21 April 2025

Sastra : Masih Rangkaian Hari Kartini, Museum Benyamin Sueb akan Digelar Baca Puisi Penyair Perempuan Merah Putih

JAKARTA- Masih dalam rangkaian peringatan Hari RA.Kartini, Taman Inspirasi Sastra Indinesia (TISI) didukung oleh Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur.

Bakal  menggelar panggung perjuangan penyair perempuan merah putih di Museum.Benyamin Sueb- seberang Stasiun KA Jatinegara- Jakarta Timur pada Jumat , 25 April 2025 mulai.pukul 15.30 WIB.

Hal tersebut dikatakan oleh Octavianus Masheka Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI)  di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

"TISI akan menggelar panggung perjuangan para penyair merah putih masih dalam rangka peringatan hari RA.Kartini yang didukung sepenuhnya oleh Bapak Berkah Shadaya selaku Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur," jelasnya.

Karya puisi yang ditulis dan dibacakan para penyair perempuan merah putih ini lebih terfokus pada tema sentral perjuangan emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia sesuai cita-cita RA.Kartini.

"Selain baca puisi juga akan diselingi dengan musikalisasi puisi ," ucap Bung Octa yang juga dikenal sebagai Penyair dan Sutradara FTV ini.

Ditambahkannya, Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) -dalam beberapa tahun terakhir ini- telah hadir dalam berbagai event nasional di dunia sastra Indonesia.

Semisal Satu Abad Chairil Anwar, Anugerah Sastra Sutardji Calzoum Bachri (2023) Anugerah Sastra Taufik Ismail (2024), dan tahun ini (2025) direncanakan akan memberikan Anugerah Sastra kepada Putu Wijaya.

Sejak tahun 2021 sampai tahun 2024 TISI telah terbitkan sebanyak 16 buku antologi puisi bersama.

Pada bulan Mei tahun 2025  TISI akan terbitkan kembali  buku antologi puisi berjudul "Suara-Suara Anak Pulau " (ahli waris sah Republik Indonesia)  yang menurut rencana akan diberikan kata pengantar oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.

Selain itu TISI sebagai komunitas sastra mengadakan workshop menulis dan baca puisi untuk masyarakat umum.

Sementara itu sebanyak 15 penyair  perempuan Indonesia akan tampil di atas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih- untuk baca puisi dalam rangka Hari Kartini 2025- di Museum.Benyamin Sueb , Jatinegara,  Jakarta Timur. 

Mereka yang akan tampil adalah Silvy, Devie Matahari, Dyah Kencono Puspito Dewi, Erna Winarsih Wiyono, Fanny Jonathan Poyk, Mita Kotoyo, Nunung Noor El Niel,, Nurhayati, Shantined, Rini Intama,Rissa Churria, Gerimis Saba, Anisa Dwi Wahyuningsih, Anggit Anker Cils, Tersajakkanlah dan Nuyang Jaimee.

Acara sastra sore hari di pelataran Museum Benyamin Sueb itu  juga akan diselingi sejumlah pertanyaan dari panitia berupa kuis interaktif kepada para penonton yang berhadiah uang tunai dan sejumlah buku antologi puisi yang disumbangkan oleh para penyair perempuan.(Lasman)


Sabtu, 12 April 2025

Peringati Hari Kartini 2025, TISI Kembali Gelar Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih

JAKARTA- Para penyair perempuan ditantang untuk segera.merespon yakni apakah emansipasi dan pendidikan perempuan di Indonesia pada saat ini sudah benar-benar terwujud.

"Taman Inspirasi Sastra Indonesia atau TISI  menantang semua penyair perempuan untuk segera mempertanyakan dan merespon dua masalah di atas tadi.Khususnya melalui pembacaan karya puisi yang kembali akan ditampilkan oleh TISI melalui sebuah pentas seni dalam rangka memperingati Hari Kartini," ujar Octavianus Masheka, Ketua Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) kepada wartawan di Jakarta, Minggu pagi (13/4/2025).

Acara Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih -diselenggarakan oleh TISI- akan berlangsung pada Jumat 18 April 2025 mulai pukul 15.30 WIB di pelataran Museum Fatahillah No:1, Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kota, Jakarta Barat.

"Para penyair perempuan sebanyak 19 orang nantinya akan menulis satu atau dua karya puisi yang bertemakan seputar masalah emansipasi dan.pendidikan perempuan.di.Indonesia, lalu.membacakannya di atas panggung pentas seni," kata  Bung Octa yang juga dikenal sebagai seorang penyair dan penyelenggara berbagai event sastra tingkat nasional ini.

Acara Pentas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih ini telah direspon dan didukung sepenuhnya oleh  Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat ,Joko Mulyono serta disupport oleh Kepala Unit Pelaksana Museum Fatahillah-Kota Tua, Esti Utami.

Para penyair perempuan Indonesia yang akan tampil di atas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih- untuk baca puisi dalam rangka Hari Kartini 2025- yaitu Devie Matahari, Dyah Kencono Puspito Dewi, Emi Suy, Erna Winarsih Wiyono, Ewith Bahar, Fanny Jonathan Poyk, Fatin Hamama, Halimah Munawir, Mita Katayo, Nia Samsihono, Nunung Noor El Niel, Rinidiyanti Ayabhi, Nurhayati, Rissa Churria, Shantined, Swary Utami Dewi, Rias A Saharjo, Bei Beliana, Rini Intama, Helvy Tiana Rosa,  dan MC.Amelia Fitriani.

"Ada acara sore berhadiah yaitu ada uang tunai dan hadiah buku buat pengunjung yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia," pungkasnya.(Lasman)


Diiringi Piano dan Biola, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Baca Puisi 'Hadamut' dan Nyanyikan Lagu Sion No.73 Kasih Allah

JAKARTA- Diiringi piano oleh pianis Juliet Halim.Rondonuwu dan biola (violin) oleh Daniel Tamba, Penyair Pulo Lasman Simanjuntak bacakan puisi "Hadamut" sekaligus menyanyikan pujian Lagu Sion Edisi Lengkap (LSEL) No.73 berjudul " Kasih Allah" dalam dua syair dan dua bait.

Acara baca puisi dilanjutkan dengan nyanyian pujian tersebut berlangsung di kebaktian jam khotbah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara, Jakarta Timur, pada Sabat (Sabtu siang) 12 April 2025.

"Beberapa bulan ini saya mencoba mencari karya puisi atau sajak yang diinspirasi dan diangkatkan menjadi tembang lagu pujian.Dari 525 lagu dalam buku Lagu Sion Edisi Lengkap, saya menemukan puisi 'Hadamut' dalam lagu nomer 73 berjudul Kasih Allah," katanya di Jakarta pada Minggu pagi (13/4/2025).

"Lalu saya bacakan puisi tersebut dalam dua syair, dan saya nyanyikan dalam dua bait yakni bait pertama dan bait ketiga," katanya lagi.

Lagu "Kasih Allah" atau  The Love of God is Greater Fair  sebenarnya karya Frederick Marthin Lehman, bukan Claudia Lehman Mays. Claudia L. Mays hanya menciptakan musiknya.

Lagu ini terinspirasi dari puisi "Hadamut" karya Rabi Myer ben Issaac Nehorai, seorang rabi Yahudi dari Worms, Jerman, pada tahun 1096. 

Puisi "Hadamut" terdiri dari dua bagian yaitu pujian kepada Allah sebagai pencipta alam semesta dan perbantahan antara bangsa-bangsa lain dengan bangsa Yahudi.

Frederick Marthin Lehman, seorang pastor Gereja Nazarena di Indiana dan Illinois, Amerika, menulis lagu "Kasih Allah" pada tahun 1919.

 Ia terinspirasi oleh puisi "Hadamut" dan ayat Alkitab Yeremia 31:3 yang menyatakan bahwa Allah mengasihi umat-Nya dengan kasih yang kekal.

Kronologi Penciptaan Lagu tahun 1096 Rabi Myer ben Issaac Nehorai menulis puisi "Hadamut".

Kemudian tahun 1919 Frederick Marthin Lehman menulis lagu "Kasih Allah" berdasarkan puisi "Hadamut". 

Pada Tahun 1919 Claudia L. Mays menciptakan musik untuk lagu "Kasih Allah" tersebut yang kini dimasukkan sebagai Lagu Sion Edisi Lengkap No: 73 di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK).

Puisi Dikenal Sebagai Adon Olam

Puisi "Hadamut" juga dikenal sebagai Adon Olam atau Adon Ha'olam adalah sebuah puisi Yahudi yang ditulis oleh Rabi Myer ben Issaac Nehorai, seorang rabi Yahudi dari Worms, Jerman, pada tahun 1096.

Isi Puisi "Hadamut" terdiri dari dua bagian.Bagian pertama berisikan pujian kepada Allah.Puisi ini memulai dengan pujian kepada Allah sebagai pencipta alam semesta.

Rabi Myer ben Issaac Nehorai menggambarkan Allah sebagai Adon Ha'olam (Tuhan semesta alam) yang menciptakan langit dan bumi.Puisi ini juga menggambarkan kekuasaan dan kebesaran Allah.

Bagian kedua perbantahan antara bangsa-bangsa.Bagian kedua puisi ini menggambarkan perbantahan antara bangsa-bangsa lain dengan bangsa Yahudi.
-
Rabi Myer ben Issaac Nehorai menggambarkan bagaimana bangsa-bangsa lai mempertanyakan keberadaan dan kekuasaan Allah.

Puisi ini juga menggambarkan bagaimana bangsa Yahudi mempertahankan iman mereka kepada Allah.

Signifikansi  puisi "Hadamut" memiliki signifikansi yang besar dalam tradisi Yahudi.

Puisi ini dianggap sebagai salah satu contoh puisi Yahudi yang paling indah dan mendalam.

Puisi ini juga dianggap sebagai salah satu contoh puisi yang paling awal dalam tradisi Yahudi, dan telah menjadi inspirasi bagi banyak penulis dan penyair Yahudi lainnya.

Pengaruh puisi "Hadamut" telah memiliki pengaruh yang besar dalam tradisi Yahudi dan Kristen.Bahkan puisi ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan telah menjadi bagian dari liturgi Yahudi.
-
Puisi ini juga telah menjadi inspirasi bagi banyak lagu dan himne Kristen, termasuk lagu "Kasih Allah" atau The Love of God is Greater Fair  karya Frederick Marthin Lehman.

KASIH ALLAH
3/4
3b=Eb

1/3
Kasih Allah tak terbilang
Lidah tak dapat uraikan
Lebih tinggi dari bintang
Lebih dalam dari lautan
Yang berdosa dis’lamatkan, Oleh korban Yesus
Yang t’lah sesat didamaikan, Dosanya terhapus

Ref:
Oh kasih Allah yang limpah tak dapat diduga
Kasih yang kekal s’lamanya jadi lagu surga

2/3
Bila k’lak tiba waktunya
K’rajaan dunia t’lah jatuh
Bila orang yang durhaka
Bers’ru pada gunung batu
Kasih Allah tetap tahan tak akan berubah
Rahmat besar yang s’lamatkan jadi lagu surga

3/3
Kalau pun laut penuh tinta
Dan langit menjadi kertas
Rumput-rumput jadi pena
Dan semua orang penulis
Menuliskan kasih Tuhan, akan kering lautan
Langit tak dapat muatkan seg’nap kasih

(Eykel)

Minggu, 19 Januari 2025

Komponis Ananda Sukarlan Perdanakan Musiknya dari Puisi D.Zawawi Imron, Sastrawan Adiluhung 2024

Jakarta- Di konser pertamanya tahun ini, Komponis & Pianis  Ananda Sukarlan mengadakan konser dengan memperkenalkan para pemenang kompetisi musik klasik paling bergengsi di Indonesia, Ananda Sukarlan Award (ASA) dan juga Kompetisi Piano Nusantara Plus ( KPN+ ) untuk bermain bersamanya. 

Dalam.suatu acara  konser dan gala dinner yang diselenggarakan pada Minggu (19/1/2025)  kemarin dihadiri sekitar 100 penonton dan diawali dengan acara ramah tamah dan cocktail.

Diadakan sore hari pukul 15.00 WIB  konser bertajuk "Gen Alpha of Classical Music" bertempat di Galeri Seni Mitra Hadiprana di bilangan Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan galeri seni pertama di Indonesia,  yang diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1962. 

Untuk "Gen Alpha of Classical Music" Ananda mengundang 4 musisi remaja: dua pemenang KPN+ yaitu soprano Freya Murti Pramudita (Jakarta) dan pemain biola Veeshan Nathaniel Tandino, serta dua pemenang ASA Samuel Dazhill (lahir di Jakarta tapi kini tinggal di Pontianak) dan Michael Anthony (Jakarta). 

Untuk dua pemenang KPN+ yang disebut pertama, mereka juga adalah 2 dari 15 peraih "Golden Ticket to ASA 2025" yang berarti mereka berhak mengikuti ASA tanpa mengikuti babak penyisihan lagi. 

"Konser ini bukan pamer kebolehan saja .Saya juga berharap para musisi sejak usia muda seperti mereka sudah menggunakan musik sebagai medium untuk berekspresi, dan berinteraksi dengan kehidupan nyata seperti masalah sosial, menceritakan sejarah lewat emosi, memapankan jati diri dan identitas," ujarnya.

TEMBANG PUITIK

Tanggal 20 Desember tahun 2024  bertepatan dengan Hari Puisi Indonesia (HPI)ke-12 Penyair dan Sastrawan nasional  D. Zawawi Imron (lahir 1945) telah dianugerahi penghargaan Sastrawan Adiluhung oleh Kementerian Kebudayaan RI. 

Zawawi Imron adalah penerima anugerah  yang ketiga setelah Sutardji Calzoum Bachri dan Abdul Hadi WM.

Sebelum itu Komponis Ananda Sukarlan telah menggubah puisi D. Zawawi Imron berjudul "Aku Ingin Menangis" menjadi tembang puitik dan memang telah memprogramnya untuk konser ini.

Selain puisi  "Aku Ingin Menangis" dari puisi D. Zawawi Imron, Freya Murti Pramudita menyanyikan satu  tembang puitik gubahan Ananda Sukarlan lainnya yakni puisi berjudul "Menulis Syair Untuk Presiden, episode 2" karya  Pulo Lasman Simanjuntak.

Kemudian "Malam Cahaya Lampion" (puisi Tan Lioe Ie), "Setelah Bendera Berkibar" (puisi Tengsoe Tjahjono) dan "Surat-Surat Sungai" (puisi Ubai Dillah Al Anshori). 

Freya dengan usianya yang masih relatif muda membawakan karya-karya ini dengan pendalaman interpretasi yang matang.

"  Ini adalah pertama kalinya Freya memenangkan kejuaraan sebagai penyanyi solo. Sebelumnya ia selalu mengikuti kompetisi sebagai bagian dari paduan suara," kilahnya.

Sementara Veeshan Nathaniel Tandino (13 tahun) belajar biola di Sumatra Conservatoire, Medan, dan peserta termuda yang lolos audisi untuk menjadi anggota G20 Orchestra tahun 2022.Namun, Ananda Sukarlan sebagai direktur artistik belum bisa mengajaknya bergabung karena pengalaman orkesnya yang masih sangat kurang.

 Kini murid dari Lidya Evania Lukito (Master of Music dari Rostov State Conservatory di Rusia, dan anggota G20 Orchestra) serta  Maulida Nur Isnaini ini telah membuktikan prestasinya sebagai pemain solo,  memainkan antara lain "Fantasy on Tapanuli Folksongs" yang sangat virtuosik dan sering dijadikan repertoire untuk berbagai kompetisi biola internasional.

Tentu saja sang komponis Ananda Sukarlan  dengan senang hati mengiringinya di piano di konser ini. 

Sedangkan dua pianis muda juga tampil memukau, ditunjang oleh grand piano Yamaha yang membahana dan megah. Baik Michael Anthony ( tunanetra dan autis) serta Samuel Dazhill membawakan Rapsodia Nusantara yang secara teknis sangat menantang .

Michael membawakan no. 7 (berdasarkan lagu-lagu tradisi Papua "Yamko Rambe Yamko" dan "Apuse") sedangkan Samuel Dazhill membawakan no. 8 (berdasarkan lagu Manado, "O Inani Keke"). 

Samuel juga menunjukkan kedalaman musikalitas dan kekayaan warna pianistiknya di karya Ananda berjudul "Good Morning, Night". Semua musikus tampil prima, juga secara visual dengan kostum dari Alleira Batik.

"Gen Alpha of Classical Music" juga merayakan Tahun Baru Cina (Imlek) yang jatuh seminggu setelahnya, 29 Januari. 

MUSIKUS MUDA SEMAKIN FOKUS

Sedangkan.Komponis & Pianis Ananda Sukarlan  sendiri memainkan Rapsodia Nusantara no. 36 berdasarkan lagu Banten "Dayung Sampan" kemudian diganti liriknya oleh penyanyi Teresa Teng yang membuatnya terkenal di dunia sebagai "Tian Mi Mi". 

Juga, Freya Murti Pramudita mempersembahkan puisi Tan Lioe Ie "Malam Cahaya Lampion".

Kalau tahun 2024 musik klasik Indonesia digemparkan oleh kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) yang memecahkan rekor dengan 477 peserta dari berbagai instrumen dan vokal klasik, tahun 2025 kembali akan menyaksikan para pemusik terbaik tanah air berkompetisi di Ananda Sukarlan Award (ASA). 

Mungkin jumlah peserta ASA tidak akan sebanyak KPN+ karena memang syarat keikutsertaan ASA yang cukup sulit dan ketat untuk menyaring peserta yang memang sudah berkemampuan bermusik cukup tinggi, tapi ASA akan terus menjadi barometer kualitas musikus klasik Indonesia sejak 2008. 

Hal ini telah dibuktikan dengan kualitas teknik dan musikalitas para pemusik yang tampil kemarin. 

"Setelah 2024 musik klasik Indonesia menoreh sejarah dengan Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+)  saya lihat semakin lama para musikus muda semakin fokus. Di bidang vokal, semoga karya-karya saya bisa menarik para vokalis untuk mendalami dunia sastra, karena lagu-lagu saya selalu berdasarkan puisi-puisi yang berkelas dan inspiratif," ucapnya.

Di antara para finalis saja mereka menyanyikan tembang puitik berdasarkan puisi dari Penyair  Sitor Situmorang, Emi Suy, Wiji Thukul, Nanang Suryadi, Sapardi Djoko Damono dan juga Penyair Internasional  seperti Emily Dickinson, Walt Whitman dan William Shakespeare. 

"Semoga Rapsodia Nusantara saya membuat para pianis dan fans mereka untuk lebih sadar betapa kayanya musik daerah kita. Beda propinsi, beda bahasa  itu berarti beda sistem ritmis, struktur melodi, bahkan tangga nadanya. Negara kita sangat kaya dengan seni dan budaya, dan itu yang ingin saya ajak para musikus klasik di negeri kita ini untuk ikut menyadari dan mencintainya" kata Ananda Sukarlan.

Ada banyak perubahan untuk Ananda Sukarlan Award 2025 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terutama untuk kategori tembang puitik, ada satu syarat yang telah direvisi oleh Ananda Sukarlan sendiri seperti  para penyanyi tingkat profesional (18 tahun ke atas) harus menyanyikan 3 (tiga) lagu dari 3 penyair Indonesia yang berbeda (selain lagu klasik "barat" seperti karya Franz Schubert, Aaron Copland dan komponis "Barat" lainnya). 

Perubahan ini disebabkan banyaknya penyanyi yang memiliki penyair favorit (terutama Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar atau Joko Pinurbo) di edisi-edisi sebelumnya  menyanyikan 3 lagu, semuanya dari penyair yang sama.

Revisi "3 penyair yang berbeda" ini memberi kesempatan kepada mereka untuk mengeksplorasi karya-karya penyair lain, bahkan dari nama-nama yang jarang dan belum pernah mereka dengar sebelumnya, termasuk para penyair muda. 

"Kompetisi Piano Nusantara Plus benar-benar telah menggeser paradigma generasi alpha dalam musik klasik. Usia semakin muda, dan kualitas semakin tinggi. Ini tentu berdampak ke Ananda Sukarlan Award dan juga berbagai kompetisi lainnya yang biasanya diselenggarakan oleh sekolah-sekolah musik. Kelihatannya AI [artificial intelligence - red] juga menyadarkan banyak orangtua bahwa pekerjaan sebagai seniman -lah yang masih belum bisa digantikan oleh AI, sehingga mereka semakin terbuka dengan anaknya bermusik", lanjut sang pianis lulusan Koninklijk Conservatorium di Den Haag, Belanda  dengan predikat summa cumlaude ini.

Komponis Ananda Sukarlan - yang juga penerima penghargaan tertinggi dari dua negara- yaitu Royal Order of Isabella the Catholic (Real Orden de Isabel la Catolica) oleh Kerajaan Spanyol, dan Cavaliere Ordine della Stella d'Italia dari Presiden Sergio Mattarella.

Ananda Sukarlan Award merupakan kompetisi musik klasik yang telah menelurkan musikus klasik terbaik di tanah air. Didirikan oleh Pia Alisjahbana (pendiri media Femina Group) dan Dedi Panigoro (MEDCO) tahun 2008 untuk mencari pianis muda terbaik.

Mereka kemudian mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) juga bersama Chendra Panatan, manager Ananda. Ketiga tokoh tersebut hadir di konser ini.

Sedangkan di Surabaya, tembang puitik Ananda Sukarlan didirikan oleh Patrisna May Widuri (Amadeus Enterprise) tahun 2011 untuk vokalis yang kemudian meroketkan nama-nama seperti Mariska Setiawan, Isyana Sarasvati.

Pada tahun 2023 soprano 14 tahun Shelomita Amory  baru saja rilis rekamannya "Three Dickinson Songs" di spotify. Sejak masa pandemi Ananda Sukarlan  menggabungkan dua kompetisi tersebut bahkan membukanya untuk semua instrumen. 

Babak final ASA tahun ini yang merupakan titik temu semua pemusik di bawah usia 32 tahun paling berbakat di Nusantara (dan tanpa batas usia termuda!) akan diadakan tanggal 12 dan 13 Juli 2025 mendatang. (Lasman Simanjuntak)

2025 Tahun Emas Musik Klasik Indonesia, Komponis Ananda Sukarlan Perkenalkan Empat Musikus Klasik Muda Berbakat

Jakarta- Di konser pertamanya tahun ini, Komponis & Pianis  Ananda Sukarlan mengadakan konser dengan memperkenalkan para pemenang kompetisi musik klasik paling bergengsi di Indonesia, Ananda Sukarlan Award (ASA) dan juga Kompetisi Piano Nusantara Plus ( KPN+ ) untuk bermain bersamanya. 

Dalam.suatu acara  konser dan gala dinner yang diselenggarakan pada Minggu (19/1/2025)  kemarin dihadiri sekitar 100 penonton dan diawali dengan acara ramah tamah dan cocktail.

Diadakan sore hari pukul 15.00 WIB  konser bertajuk "Gen Alpha of Classical Music" bertempat di Galeri Seni Mitra Hadiprana di bilangan Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan galeri seni pertama di Indonesia,  yang diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1962. 

Untuk "Gen Alpha of Classical Music" Ananda mengundang 4 musisi remaja: dua pemenang KPN+ yaitu soprano Freya Murti Pramudita (Jakarta) dan pemain biola Veeshan Nathaniel Tandino, serta dua pemenang ASA Samuel Dazhill (lahir di Jakarta tapi kini tinggal di Pontianak) dan Michael Anthony (Jakarta). 

Untuk dua pemenang KPN+ yang disebut pertama, mereka juga adalah 2 dari 15 peraih "Golden Ticket to ASA 2025" yang berarti mereka berhak mengikuti ASA tanpa mengikuti babak penyisihan lagi. 

"Konser ini bukan pamer kebolehan saja .Saya juga berharap para musisi sejak usia muda seperti mereka sudah menggunakan musik sebagai medium untuk berekspresi, dan berinteraksi dengan kehidupan nyata seperti masalah sosial, menceritakan sejarah lewat emosi, memapankan jati diri dan identitas," ujarnya.

TEMBANG PUITIK

Tanggal 20 Desember tahun 2024  bertepatan dengan Hari Puisi Indonesia (HPI)ke-12 Penyair dan Sastrawan nasional  D. Zawawi Imron (lahir 1945) telah dianugerahi penghargaan Sastrawan Adiluhung oleh Kementerian Kebudayaan RI. 

Zawawi Imron adalah penerima anugerah  yang ketiga setelah Sutardji Calzoum Bachri dan Abdul Hadi WM.

Sebelum itu Komponis Ananda Sukarlan telah menggubah puisi D. Zawawi Imron berjudul "Aku Ingin Menangis" menjadi tembang puitik dan memang telah memprogramnya untuk konser ini.

Selain puisi  "Aku Ingin Menangis" dari puisi D. Zawawi Imron, Freya Murti Pramudita menyanyikan satu  tembang puitik gubahan Ananda Sukarlan lainnya yakni puisi berjudul "Menulis Syair Untuk Presiden, episode 2" karya  Pulo Lasman Simanjuntak.

Kemudian "Malam Cahaya Lampion" (puisi Tan Lioe Ie), "Setelah Bendera Berkibar" (puisi Tengsoe Tjahjono) dan "Surat-Surat Sungai" (puisi Ubai Dillah Al Anshori). 

Freya dengan usianya yang masih relatif muda membawakan karya-karya ini dengan pendalaman interpretasi yang matang.

"  Ini adalah pertama kalinya Freya memenangkan kejuaraan sebagai penyanyi solo. Sebelumnya ia selalu mengikuti kompetisi sebagai bagian dari paduan suara," kilahnya.

Sementara Veeshan Nathaniel Tandino (13 tahun) belajar biola di Sumatra Conservatoire, Medan, dan peserta termuda yang lolos audisi untuk menjadi anggota G20 Orchestra tahun 2022.Namun, Ananda Sukarlan sebagai direktur artistik belum bisa mengajaknya bergabung karena pengalaman orkesnya yang masih sangat kurang.

 Kini murid dari Lidya Evania Lukito (Master of Music dari Rostov State Conservatory di Rusia, dan anggota G20 Orchestra) serta  Maulida Nur Isnaini ini telah membuktikan prestasinya sebagai pemain solo,  memainkan antara lain "Fantasy on Tapanuli Folksongs" yang sangat virtuosik dan sering dijadikan repertoire untuk berbagai kompetisi biola internasional.

Tentu saja sang komponis Ananda Sukarlan  dengan senang hati mengiringinya di piano di konser ini. 
Sedangkan dua pianis muda juga tampil memukau, ditunjang oleh grand piano Yamaha yang membahana dan megah. Baik Michael Anthony ( tunanetra dan autis) serta Samuel Dazhill membawakan Rapsodia Nusantara yang secara teknis sangat menantang .

Michael membawakan no. 7 (berdasarkan lagu-lagu tradisi Papua "Yamko Rambe Yamko" dan "Apuse") sedangkan Samuel Dazhill membawakan no. 8 (berdasarkan lagu Manado, "O Inani Keke"). 

Samuel juga menunjukkan kedalaman musikalitas dan kekayaan warna pianistiknya di karya Ananda berjudul "Good Morning, Night". Semua musikus tampil prima, juga secara visual dengan kostum dari Alleira Batik.

"Gen Alpha of Classical Music" juga merayakan Tahun Baru Cina (Imlek) yang jatuh seminggu setelahnya, 29 Januari. 

MUSIKUS MUDA SEMAKIN FOKUS

Sedangkan.Komponis & Pianis Ananda Sukarlan  sendiri memainkan Rapsodia Nusantara no. 36 berdasarkan lagu Banten "Dayung Sampan" kemudian diganti liriknya oleh penyanyi Teresa Teng yang membuatnya terkenal di dunia sebagai "Tian Mi Mi". 

Juga, Freya Murti Pramudita mempersembahkan puisi Tan Lioe Ie "Malam Cahaya Lampion".

Kalau tahun 2024 musik klasik Indonesia digemparkan oleh kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) yang memecahkan rekor dengan 477 peserta dari berbagai instrumen dan vokal klasik, tahun 2025 kembali akan menyaksikan para pemusik terbaik tanah air berkompetisi di Ananda Sukarlan Award (ASA). 

Mungkin jumlah peserta ASA tidak akan sebanyak KPN+ karena memang syarat keikutsertaan ASA yang cukup sulit dan ketat untuk menyaring peserta yang memang sudah berkemampuan bermusik cukup tinggi, tapi ASA akan terus menjadi barometer kualitas musikus klasik Indonesia sejak 2008. 

Hal ini telah dibuktikan dengan kualitas teknik dan musikalitas para pemusik yang tampil kemarin. 

"Setelah 2024 musik klasik Indonesia menoreh sejarah dengan Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+)  saya lihat semakin lama para musikus muda semakin fokus. Di bidang vokal, semoga karya-karya saya bisa menarik para vokalis untuk mendalami dunia sastra, karena lagu-lagu saya selalu berdasarkan puisi-puisi yang berkelas dan inspiratif," ucapnya.

Di antara para finalis saja mereka menyanyikan tembang puitik berdasarkan puisi dari Penyair  Sitor Situmorang, Emi Suy, Wiji Thukul, Nanang Suryadi, Sapardi Djoko Damono dan juga Penyair Internasional  seperti Emily Dickinson, Walt Whitman dan William Shakespeare. 

"Semoga Rapsodia Nusantara saya membuat para pianis dan fans mereka untuk lebih sadar betapa kayanya musik daerah kita. Beda propinsi, beda bahasa  itu berarti beda sistem ritmis, struktur melodi, bahkan tangga nadanya. Negara kita sangat kaya dengan seni dan budaya, dan itu yang ingin saya ajak para musikus klasik di negeri kita ini untuk ikut menyadari dan mencintainya" kata Ananda Sukarlan.

Ada banyak perubahan untuk Ananda Sukarlan Award 2025 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terutama untuk kategori tembang puitik, ada satu syarat yang telah direvisi oleh Ananda Sukarlan sendiri seperti  para penyanyi tingkat profesional (18 tahun ke atas) harus menyanyikan 3 (tiga) lagu dari 3 penyair Indonesia yang berbeda (selain lagu klasik "barat" seperti karya Franz Schubert, Aaron Copland dan komponis "Barat" lainnya). 

Perubahan ini disebabkan banyaknya penyanyi yang memiliki penyair favorit (terutama Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar atau Joko Pinurbo) di edisi-edisi sebelumnya  menyanyikan 3 lagu, semuanya dari penyair yang sama.

Revisi "3 penyair yang berbeda" ini memberi kesempatan kepada mereka untuk mengeksplorasi karya-karya penyair lain, bahkan dari nama-nama yang jarang dan belum pernah mereka dengar sebelumnya, termasuk para penyair muda. 

"Kompetisi Piano Nusantara Plus benar-benar telah menggeser paradigma generasi alpha dalam musik klasik. Usia semakin muda, dan kualitas semakin tinggi. Ini tentu berdampak ke Ananda Sukarlan Award dan juga berbagai kompetisi lainnya yang biasanya diselenggarakan oleh sekolah-sekolah musik. Kelihatannya AI [artificial intelligence - red] juga menyadarkan banyak orangtua bahwa pekerjaan sebagai seniman -lah yang masih belum bisa digantikan oleh AI, sehingga mereka semakin terbuka dengan anaknya bermusik", lanjut sang pianis lulusan Koninklijk Conservatorium di Den Haag, Belanda  dengan predikat summa cumlaude ini.

Komponis Ananda Sukarlan - yang juga penerima penghargaan tertinggi dari dua negara- yaitu Royal Order of Isabella the Catholic (Real Orden de Isabel la Catolica) oleh Kerajaan Spanyol, dan Cavaliere Ordine della Stella d'Italia dari Presiden Sergio Mattarella.

Ananda Sukarlan Award merupakan kompetisi musik klasik yang telah menelurkan musikus klasik terbaik di tanah air. Didirikan oleh Pia Alisjahbana (pendiri media Femina Group) dan Dedi Panigoro (MEDCO) tahun 2008 untuk mencari pianis muda terbaik.

Mereka kemudian mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) juga bersama Chendra Panatan, manager Ananda. Ketiga tokoh tersebut hadir di konser ini.

Sedangkan di Surabaya, tembang puitik Ananda Sukarlan didirikan oleh Patrisna May Widuri (Amadeus Enterprise) tahun 2011 untuk vokalis yang kemudian meroketkan nama-nama seperti Mariska Setiawan, Isyana Sarasvati.

Pada tahun 2023 soprano 14 tahun Shelomita Amory  baru saja rilis rekamannya "Three Dickinson Songs" di spotify. Sejak masa pandemi Ananda Sukarlan  menggabungkan dua kompetisi tersebut bahkan membukanya untuk semua instrumen. 

Babak final ASA tahun ini yang merupakan titik temu semua pemusik di bawah usia 32 tahun paling berbakat di Nusantara (dan tanpa batas usia termuda!) akan diadakan tanggal 12 dan 13 Juli 2025 mendatang.(Lasman Simanjuntak)