Sabtu, 17 Mei 2025

Merayakan 50 Tahun Tokio Marine Indonesia, 11 Seniman Individu Berkebutuhan Khusus Persembahkan Karya Mural Kolaboratif

JAKARTA- Tokio Marine Indonesia merayakan 50 tahun perjalanannya di Indonesia dengan mempersembahkan karya mural kolaboratif bertema “Harapan dan Cita-Cita Masa Depan.” 

"Karya ini melibatkan 11 seniman neurodiverse atau individu berkebutuhan khusus dari komunitas Outsider Art JKT," ujar Kak Toto, Mentor Seni 11 seniman individu berkebutuhan khusus tersebut kepada wartawan di Jakarta, Sabtu siang (17/5/2025).

Berbasis di Gedung Mitra Hadiprana Boutique Mall Lt.1, Kemang, Jakarta, para seniman luar biasa ini berkarya di bawah pendampingan penuh cinta dari mentor seni mereka, Kak Toto. 

"Melalui sapuan kuas, para seniman menyampaikan impian tentang masa depan Tokio Marine Indonesia sebagai perusahaan asuransi umum global yang tangguh, ramah, dan berkelanjutan," katanya lagi.

Proses kreatif mural ini telah berlangsung sejak  tanggal 5–8 Mei 2025 (empat hari) dan ditutup dengan peresmian pada 9 Mei 2025. 

Acara ini dihadiri jajaran Direksi Tokio Marine Indonesia seperti Sancoyo Setiabudi – Presiden Direktur, Cahyo Adi, Direktur Compliance, RM, and HRGA
serta Shiro Kiyohara,  Direktur Keuangan

Dalam semangat kolaborasi, direksi dan karyawan Tokio Marine Indonesia turut menorehkan kuas ke mural sebagai simbol dukungan dan solidaritas kepada para seniman neurodiverse.

“Kami percaya setiap individu memiliki cahaya dan kekuatan unik. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen Tokio Marine Indonesia untuk menjadi perusahaan yang tidak hanya besar secara bisnis, tapi juga besar dalam nilai-nilai kemanusiaan dan pemberdayaan,” ujar Sancoyo Setiabudi.

Melalui inisiatif ini, Tokio Marine Indonesia menegaskan perannya sebagai perusahaan asuransi umum berskala internasional yang terbuka dan peduli, memberikan ruang ekspresi serta penghargaan tinggi bagi seniman berkebutuhan khusus. 

"Tokio Marine Indonesia berharap kolaborasi ini menginspirasi banyak pihak untuk terus mendukung keberagaman dan inklusivitas di berbagai bidang," pungkas Kak Toto.(Lasman Simanjuntak)


Kamis, 08 Mei 2025

Ziarah Ke Makam Pujangga Besar Chairil Anwar, TISI Sepakat Wujudkan Gerakan Moral

JAKARTA- Para sastrawan, penyair dan kritikus sastra bersama dengan komunitas sastra Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) kembali menggelar tradisi tahunan ziarah ke makam Pujangga Besar Chairil Anwar di TPU Karet, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Ziarah "sastra"  ini berlangsung hening, penuh penghormatan, dan menjadi momen reflektif 76 tahun wafatnya pelopor puisi modern Indonesia tersebut.

“Kami hadir untuk berdoa, membaca puisi, dan berdiskusi di pusara sang penyair besar Chairil Anwar ,” ujar Ketua TISI Moktavianus Masheka, yang akrab disapa Bung Octa, di Jakarta, Kamis pagi (8/5/2025).

Ziarah tersebut juga dihadiri Evawani Alissa Chairil Anwar, putri tunggal Chairil, yang tetap hadir meski dalam kondisi menggunakan kursi roda.

“Beliau tetap semangat dan membawa makanan untuk kami santap bersama sebelum acara dimulai,” cerita Bung Octa yang juga dikenal sebagai penyair menyelenggarakan event baca puisi di ruang-ruang publik terbuka di Kota Jakarta dan sekitarnya.

Sejumlah nama penting dalam dunia sastra turut hadir, antara lain kritikus sastra Maman S. Mahayana, penyair Jose Rizal Manua, Imam Ma’arif, Ewith Bahar, Sofyan RH Zaid, Aloysius Slamet Widodo, Nanang R Supriatin, Giyanto Subagio (Edo) ,novelis Yon Bayu Wahyono, dan masuh banyak lagi.

Acara diisi dengan pembacaan puisi Chairil Anwar dan diskusi yang menyoroti warisan pemikiran sang penyair.

Menurut Penyair Perempuan Indonesia Ewith Bahar acara ini bukan ajang seremonial, melainkan bentuk penghormatan yang sederhana namun bermakna.

“Kami datang dengan hati, memberikan doa dan menghidupkan kembali puisinya di rumah sunyinya,” tulis Ewith dalam unggahannya di laman media sosial (facebook-nya)

Kondisi sendu terasa saat beberapa penyair membacakan puisi Chairil Anwar di hadapan Evawani Alissa Chairil Anwar, yang matanya terlihat berkaca-kaca. Meski tak ikut ke area pemakaman, Eva turut menyimak diskusi yang digelar di area sekitar.

Dalam diskusi tersebut, muncul kembali wacana gerakan moral untuk mengenang dan mengabadikan nama Chairil Anwar secara lebih nyata.

Gagasan ini pertama kali dicetuskan Maman S. Mahayana tahun lalu dan kini mulai diwujudkan dalam bentuk tim kerja yang melibatkan penyair, akademisi, hingga pengacara, termasuk menantu Eva.

“Ada rencana besar yang sedang kami jalankan. Semoga Allah memberkati ikhtiar ini,” tutup Ewith Bahar.(Lasman Simanjuntak)