Sabtu, 24 Desember 2016

Kerja Keras 2 Tahun, Indonesia Raih Kembali Swasembada Beraa

JAKARTA , BeritaRayaOnline,-Sebuah prestasi yang membanggakan perberasan Nasioanl, setelah 32 tahun, Indonesia meraih kembali swasembada beras nasional. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa sepanjang tahun ini 2016, Indonesia tidak melakukan impor beras, termasuk beras premium. Hal itu terjadi seiring dengan kenaikan produksi padi yang tahun ini mencapai 79,14 juta tongabah kering giling (GKG). “Ini prestasi besar, setelah 32 tahun kita bisa meraih kembali prestasi yang pernah dicapai 1984, dimana FAO secara resmi mengakui Indonesia saat itu swasembada beras” tegas Amran pada berbagai kesempatan.

Amran mengungkapkan, sepanjang tahun ini pasokan pangan cukup stabil dengan produksi pangan utamanya beras pada tahun 2015 naik 6,64% dan pada 2016 ini naik 4,97%, meskipun dalam kondisi cuaca ekstrem  El Nino dan La Nina. ”Selama dua tahun tersebut, produksi beras naik 8,3 juta ton atau setara dengan Rp. 38,5 trilliun.Tahun ini tidak ada rekomendasi dan ijin impor, termasuk beras premium” ungkap Amran di Jakarta (20/12).

Berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi padi 2016 mencaopai 79,14 juta ton GKG, meningkat 3,74 juta ton dibanding 2015. Produksi jagung 2016 sebanyak 23, 16 juta ton pipilan kering, atau meningkat 3,55 juta ton dibanding 2015.

Pada kesempatan sebelumnya, saat memberikan arahan pada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 36 di Boyolali (30/10/2016), dalam hal ketersediaan pangan, Presiden Joko Widodo menegaskan, bahwa tahun ini (2016) tidak ada impor beras dan jagung juga sudah turun 60%.

Hal senada disampaikan oleh Anggota Komisi IV DPR Firman Subagiyo. Firman melihat banyak terobosan yang dilakukan Pemerintah Jokowi-JK dalam mengangkat sektor pertanian selama dua tahun menjabat. Dengan terobosan terobosan tersebut, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras (2/11/2016).

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, perkiraan itu betul sudah sesuai karena tiap tahun mengalami kenaikan produksi. Menurutnya, pemerintah telah menggerakkan potensi-potensi yang sudah ada.

"Lahan pasang surut dan rawa lebak dimaksimalkan tidak diabaikan lagi. Ditambah sekarang dibantu alat mesin pertanian sehingga menjadi dua kali tanam. Ditunjang tahun ini la nina hujan terus yang bisa dijadikan peluang," ujar Winarno saat dihubungi di Jakarta, Jumat (23/12/2016). Winarno menyontohkan Jawa Barat, pada 2016 mengalami telat tanam yang dilakukan Februari awal karena sebelumnya ada El Nino. Sementara di Indonesia selama ini menganut Oktober-Maret (Okmar) namun masih kering. "Desember mulai hujan, awal Februari mulai tanam. Tahun ini bisa tiga kali tanam, ini maksimal. Walau ada serangan hama, namun tidak mempengaruhi panen dengan luas tanam yang bertambah," jelasnya.

Menurut Winarno, di atas kertas Indonesia tidak perlu melakukan impor beras untuk 2017 karena kondisi produksi tahun ini melimpah, bahkan melampaui target produksi 2017. Bahkan, dengan stabilnya harga di akhir tahun ini, juga bisa menjadi barometer bahwa stok beras saat ini aman. "Tahun 2017 saya optimis bisa lebih optomal lagi, karena produksi tahun ini saja bisa melampaui target 2017. Meski belum ada informasi detil dari BMKG apa kira-kira yang akan menghadang tahun depan, tapi dengan memaksimalkan potensi yang ada, produksi akan meningkat lagi sehingga tidak diperlukan impor," ujarnya.

FAO Representatif Indonesia Mark Smulders mengatakan di dunia ada 795 juta orang yang masih kekurangan pangan. Dari jmlah itu 62 persen atau 512 juta orang tinggal di wilayah Asia Pasifik. Tanpa ada tindakan bersama untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi perubahan iklim, penduduk termiskin akan kesulitan memenuhi kebutuhan pengannya sendiri. "Perubahan iklim memilki dampak besar pada keamanan pangan, sebagian besar dari ratusan juta orang yang menderita kekurangan gizi kronis adalah petani kecil, nelayan dan peternak, "

Selanjutnya Mark (28/10/2016) mengapresiasi capaian peningkatan produksi pangan Indonesia khususnya padi dan jagung. Apresiasi tersebut disampaikan Mark pada saat mendampingi Menteri Pertanian Amran membuka Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dilaksanakan dari tanggal 28-30 Okt. 2016 di Boyolali, Jawa Tengah. Mark menekankan, hasil kerja keras Kementerian Pertanian dalam 2 tahun ini telah membuahkan hasil pada peningkatan produksi padi dan jagung , dimana untuk kedua komoditas tersebut Indonesia telah mampu menekan impor untuk jagung dan menenuhi kebutuhannya sendiri untuk padi. Mark menambahkan peran teknologi sangat penting ubtuk peningkatan produktivitas di era perubahan iklim.

Dalam pertemuan Regional Forum ke 4 Center for Sustainable Agriculture Machinery (CSAM) di Hanoi, Vietnam, tanggal 23-25 November 2016 yang dihadiri oleh perwakilan dari 12 negara di Asia. Pada pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia diwakili oleh Dr. Astu Unadi Perekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, melaporkan bahwa delegasi dari Thailand, Vietnam dan Kamboja mengatakan bahwa Negara mereka tidak lagi mengekpor beras ke Indonesia dalam satu tahun terakhir ini, karena Indonesia telah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dalam hal distribusi, Amran juga mengatakan, pihaknya sukses meredam hambatan distribusi beras dan permainan perdagangan. Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Pedagang Beras Pasar Induk Beras Cipinang (PBIC) Nelly Soekidi yakin produksi beras saat ini sedang berlimpah karena belum ada gejolak harga di PBIC menjelang akhir tahun ini. "Saya tidak bicara data, saya melihat kenyataannya saja memang benar hingga hari ini ada kenaikan produksi. Indikatornya, biasanya di bulan November dan Desember ada kenaikan harga Rp 500-Rp 600 per kilo gram, tapi sekarang harga stabil," ungkap Nelly.

Baiknya kinerja Kementerian Pertanian tersebut, diakui Menteri Perdagangan Enggartiarso Lukita. Kementerian Perdagangan mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian untuk tidak melakukan impor beras tahun ini. “Hal ini jadi sejarah baru bagi Indonesia. Kementan telah berhasil tingkatkan produksi pada 2016, kita tidak impor beras. Ini cetak sejarah baru”, ujar Enggar (20/12).(*/Biro Humas dan IP Kementan/Lasman Simanjuntak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar