Minggu, 05 September 2021

Perlukah Membentuk Dewan Sastra Indonesia ?

Perlukah Membentuk Dewan  Sastra Indonesia ?

Oleh Dewan Sastra Tidore

Jakarta, BeritaRayaOnline,'Dewan Sastra Indonesia ( Desain ) harus dibentuk! Alasannya sederhana sastrawan butuh payung untuk berteduh, dari data sementara yang dikutip dari pendataan jumlah member grup/komunitas Sastra digital, angkanya fantastis ratusan ribu member.

 Pertanyaannya apakah mereka Sastrawan? Siapa yang membaiat mereka sehingga disebut Sastrawan? Pertanyaan yang sama kita tanyakan pada Sutadji Coulzum Bahri, siapa yang membaiatnya jadi sastrawan?

Jawaban Wikipedia ini mungkin bisa menjawab pertanyaan yang dialamatkan pada bang tardji: Sastrawan adalah sebutan bagi penulis sastra, pujangga; ahli sastra; intelektual, sarjana; atau cendekiawan dan jauhari dalam diksi klasik. Dapat dikatakan juga sastrawan adalah seseorang yang menggeluti dunia sastrawi secara lebih dalam bukan hanya sekadar mengenal sastra secara biasa.

Ulasan Wikipedia di atas searah dengan pandangan Ahmad Tohari, Sastrawan dan Budayawan asal Banyumas ini menegaskan siapa saja bisa jadi Sastrawan asal dia mau berproses. 

Proses yang dimaksud Tohari adalah berkarya secara personal dan profesional dilakukan secara intens dan meninggalkan jejak karya yang bermanfaat bagi dunia sastra tanah air.

Aspek pemanfaatan itu terasa timpang dalam beberapa dekade terakhir, karya sastra tanah air masih berkutat pada karya generasi angkatan pujangga lama dan pujangga baru, angkatan kekiniaan (1990-2000) memang tampil ke permukaan namun hegemoni karya para sesepuh masih begitu digdaya, salah satu mesin penggerak hegemoni adalah kutipan-kutipan karya yang terselip dalam buku teks pelajaran. 

Nah apakah hegemoni tersebut bisa diseimbangkan? bisa! Satu sastrawan tidak bisa menggerek "rasa keadilan" bersastra di tanah air, butuh banyak orang untuk menyuarakan sebagaimana menurut Robbins (1994: 4) mengatakan, bahwa: “Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.”

Lalu apakah membentuk Dewan Sastra Indonesia (Desain) belum diperlukan? Saatnya kita melepas ego sastrawi kita yang menantang Sastrawan harus berani miskin (dialog Munsi III) dan tidak perlu melembagakan diri, kultus seperti ini tidak laik lagi dipertahankan di Era seperti ini, banyak Sastrawan yang berlelah-lelah di daerahnya namun dianggap angin lalu oleh Pemerindah di Daerahnya, napas Sastrawan dalam hal menerbitkan buku butuh infus dari pemerintah namun belum terlihat uluran tangan itu, kalau saja pemerintah daerah menganggarkan 0,2% saja untuk perkembangan sastra di daerah niscaya sastra kian maju dan menggeliat ( DR. Yopi Thaum pada diskusi kritik sastra 2020). 

Kita tak bisa sepenuhnya bergantung pada Badan Bahasa dan Sastra sebab pembiayaan kegiatan masih berada di bawah kebijakan Kemendikbudristek, terkecuali ada pembentukan Kementerian Kebudayaan sebagaimana tawaran yang disampaikan komunitas TISI dibawah komando Moktavianus Masheka lewat manifesto kebudayaannya.

Terlepas dari hal itu, Syahryan Khamary mensiasati gerakan dari daerah dengan membentuk Dewan Sastra Tidore yang dalam waktu dekat merambah ke Barat lewat komunitas FP Labuhanbatu (T.Pohan-Bincang pena). "Menarik untuk diwacanakan pembentukan Dewan sastra kab/kota se Infonesia" (T.Pohan).

Lalu apa itu Dewan, dikutip dari berbahai sumber Dewan (diambil dari bahasa Persia Diwan atau Divan) adalah majelis atau badan yang terdiri atas beberapa orang anggota yang pekerjaannya memberi nasihat, memutuskan suatu hal, dan sebagainya dengan jalan berunding.

Perundingan yah perundingan, mari kita berunding secara sederhana seperti cinta Sapardi yang sederhana.

Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu. Atau kita hanya membisu dan mengabaikan manifesto batin sang Chairil Anwar yang ingin sastrawan hidup abadi dengan karyanya hingga 1000 tahun lagi?

Semua berpulang pada anda hai sastrawan tanah air.

Tidore, 5 September 2021.

Sumber berita : dikutip dari Wa Grup Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Senin, 6 September 2021.
(*/BRO-2)

Editor : Pulo Lasman Simanjuntak
Foto    : google.com/6/9/021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar