Selasa, 23 Mei 2017

Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Genjot Program Rehabilitasi Irigasi

Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Genjot Program Rehabilitasi Irigasi

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) terus memperbaiki sarana perairan guna meningkatkan produksi pertanian.

Menurut Ditjen PSP, problematika mendasar pertanian padi sawah adalah ketersediaan air, meski kita berada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Mungkin, arealnya belum tersentuh jaringan irigasi atau karena jaringan irigasinya rusak, meski lokasinya dekat dengan sumber air. Akibatnya, tanaman padi sawah tidak cukup suplai air, sehingga hanya mampu mencapai panen 1 x setahun dengan Indeks Pertanaman 1,00.

"Kita memiliki 4,8 juta Ha sawah dengan irigasi teknis, dimana 46% saluran irigasi atau sekitar 2,2 juta Ha mengalami kerusakan dari tingkat ringan, sedang sekitar dan rusak berat," ujar Dirjen PSP Kementan, Pending Dadih.

Untuk menjaga produktivitas padi, pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk program rehabilitasi jaringan tersier sebesar Rp 446.810.000.000 pada 2014, dan pada tahun 2015 sebesar Rp 2.696.553.900.000. Sementara pada 2016 sebesar Rp 726.804.800.000, serta akhirnya untuk 2017 menjadi Rp 117.215.000.000 untuk meningkatkan Intensitas Pertanaman menjadi setidaknya 2,00 atau dengan kata lain agar bisa panen dua kali setahun. Dengan peningkatan Indeks Pertanaman, maka peningkatan produksi padi per tahun bisa meningkat sampai 50%.

Pending Dadih menjelaskan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

"Tanpa air, pertanian tidak akan berjalan baik dan tidak akan memberi hasil optimal. Air mutlak bagi petani padi. Air menjadi kebutuhan mutlak bila ingin meningkatkan produksi padi dan mencapai swasembada beras," ujar Pending Dadih.

Kemanfaatan rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat dirasakan oleh para petani. Misalnya, adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih. Pada masa jeda, petani bisa menanam tanaman lain seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.

"Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien," tambah Pending Dadih.

Menurut PP No 23 tahun 1992 Tentang irigasi, jaringan irigasi terdiri dari 3 tingkatan dimulai dari irigasi primer, sekunder, dan tersier. Irigasi primer dan sekunder penanganannya di bawah Kementerian PUPR, sedangkan irigasi tersier dan kuarter, penangangannya sampai ke pemeliharaannya oleh petani.
Kementerian Pertanian membantu meningkatkan pemberdayaan petani pemakai air dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier melalui kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier. Jaringan Irigasi Tersier inilah yang masuk ke wilayah persawahan dan langsung berhubungan dengan para petani.

"Tanpa adanya jaringan irigasi tersier, maka aliran air dari sumber air tidak akan bisa sampai ke lahan sawah dan tidak bisa dimanfaatkan oleh petani. Oleh karena itu, jaringan irigasi tersier adalah komponen mutlak dalam jaringan sistem irigasi," jelas Pending Dadih.

Kriteria lokasi penerima bantuan rehabilitasi adalah jaringan irigasi tersier yang terkoneksi dengan jaringan primer dan sekunder yang berfungsi baik. Bila jaringan primer dan sekundernya tidak berfungsi baik maka perbaikan jaringan tertier hanya akan membuang biaya saja. Adapun lokasinya tersebar di seluruh Indonesia terutama di lokasi yang terlayani oleh irigasi teknis.

Kriteria lainnya adalah, minimal luas yang dilayani oleh jaringan tersebut adalah 25 Ha yang dikelola oleh Kelompok Tani dan atau Perkumpulan Petani Pengelola Air. Perbaikan tersebut mampu meningkatkan Indeks Pertanaman sekurang-kurangnya 0,5.

Petani sangat berharap terhadap saluran irigasi tersier yang berfungsi baik. Harapannya adalah kebutuhan air selama 2 musim tanam bisa dipenuhi sehingga bisa panen dua kali setahun atau Indeks Pertanamannya 2. Ada total sekitar 3 juta Ha lahan yang indeks pertanamannya hanya 1,00 dan harus ditingkatkan menjadi minimal 2.

Tahun 2014 jaringan irigasi tersier yang dibetulkan meliputi areal pelayanan seluas 443.836 Ha. Tahun 2015 meningkat menjadi 2.458.470 Ha, sedangkan pada tahun 2016 yang baru berlalu jumlah jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi pemerintah meliputi 454.253 Ha.

Sudah banyak petani di Indonesia yang merasakan manfaatnya program rehabilitasi jaringan tersier ini. Komentar dan respon positif dari petani juga banyak muncul terhadap program rehabilitasi irigasi tersier ini .

Para petani di Kabupaten Aceh Selatan misalnya, petani di Kecamatan Kluet Utara sangat bersyukur jaringan irigasi tersier di daerahnya berhasil direabilitasi dengan bantuan pemerintah. Perbaikan ini terbukti meningkatkan hasil panen dalam setahun. Sementara di Propinsi Sumatera Barat, rehabilitasi irigasi tersier tersebar di seluruh kabupaten. Contoh yang bisa dilihat adalah saluran irigasi tersier di Sicaung Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat.

Jauh di ujung timur, tepatnya di Desa Jerowaru, Kecamatan Pinggarata, Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, Propinsi NTB, para petani yang tergabung dalam Poktan “Bareng Maju” juga merasakan kegembiraan yang sama dengan perbaikan jaringan irigasi yang bisa meningkatkan usaha tani padi karena sekarang sudah bisa panen setahun dua kali.

Adapun petani di Kabupaten Muko-muko Bengkulu, mendapatkan bantuan sosial perbaikan jaringan irigasi dari pemerintah pusat yaitu Ditjen PSP Kementerian Pertanian. Mereka berharap, bantuan ini dapat dilanjutkan untuk tahun depan mengingat baru sebagian saja jaringan irigasi yang direhabilitasi. Bila anggaran diteruskan tahun depan, akan makin banyak areal yang bisa panen du kali setahun.

Tak ketinggalan Petani di Kabupaten Nagan Raya Aceh, serta petani di Desa Babakan Jagaraga, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng juga turut merasakan manfaat dari program ini. Sementara saluran irigasi tersier yang diharapkan oleh para petani di Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan sudah terwujud meskipun belum cukup memuaskan para petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar