Written by hariandialog.com
Thursday, 25 October 2012 04:53
(Peneliti Senior Pada Pusat Studi Media Massa Pamulang Institute)
Dalam buku “Cerita di Balik Dapur Tempo, 40 tahun (1971-2011)” halaman 4,ditulis; ada
ancaman lain, sekaligus peluang besar, di zaman internet ini:kemajuan
teknologi informasi.Media yang tak mempedulikan tren dunia digital mesti
bersiap-siap menjadi fosil atau sejenis satwa langka yang menanti
punah.Orang tak lagi hanya membaca berita di media cetak, lewat siaran
televisi, dan radio, tapi lewat komputer personal dan perangkat yang
bisa dibawa “bergerak” seperti BlackBerry,iPhone,iPad,Playbook, serta
berbagai tablet digital.
Bahkan dalam buku “Tim Kecap Dapur 40 Tahun Tempo” cetakan pertama, Desember 2011 PT.Gramedia Jakarta, dikatakan; media
cetak tiba-tiba terasa kuno dan mulai ditinggalkan pembaca di
negara-negara maju.Anak-anak muda yang gandrung telepon selular dan
gadget lainnya semakin jarang menyentuh koran atau majalah.Mereka
mengakses informasi lewat perangkat digital yang hampir selalu melekat
di tangan mereka.
“Sesungguhnya kami sudah lama menyadari pentingnya
penyebaran informasi melalui media digital ini.Ketika majalah dibredel,
terasa betul pentingnya internet sebagai sarana penyebaran
informasi.Maka kami membangun TempoInteraktif-www.tempointeraktif.com-pada 6 Maret 1996.sekarang, dengan meng-online-kan sekitar 450 berita setiap hari.Tempo Interaktif semakin tahun menjadi tujuan pencari berita.”(halaman 5).
Kemudian Dewan Pers dan komunitas pers belum lama ini telah mengesahkanPedoman Pemberitaan Media Siber di Gedung Dewan Pers, Jakarta.Pedoman ini menjadi panduan untuk seluruh pengelola media siber atau media online di seluruh Indonesia.Pengesahan tersebut ditandai dengan penandatanganan Pedoman Pemberitaan Media Siber oleh wakil Dewan Pers, organisasi pers, dan media siber.
Media siber memiliki karakter khusus
sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan
secara profesional, memenuhi fungsi, dan kewajibannya sesuai
Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik.Media siber ( website, wordpress, blog, dan masih banyak lagi)
adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan
melaksanakan kegiatan jurnalisitik serta memenuhi persyaratan
Undang-Undang Pers maupun Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan
Pers.
Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menjelaskan penyusunan Pedoman Media Siber ini untuk merespon perkembangan pesat media siber di Indonesia dan meningkatnya jumlah pengaduan terhadap media siber yang diterima Dewan Pers. Di samping itu, kalangan media siber
menghendaki adanya pedoman ini. Setelah penandatangan ini, Dewan Pers
dalam waktu dekat akan menetapkannya sebagai Peraturan Dewan Pers.
Pesatnya teknologi informasi khususnya internet (Interconnection Networking)
di Indonesia sejak awal tahun 2000-an,telah menjadikan internet dapat
dieksplorasi untuk menyajikan karya-karya jurnalisitik yang lebih
komunikatif dan real time. Selain itu, kecenderungan
masyarakat (pembaca-red) khususnya dari kalangan generasi muda yang
ingin praktis dan cepat dalam mendapatkan berita serta ingin
berinteraksi dengan media, maka perkembangan media siber atau media online pun juga berkembang dengan pesat dan cepat.
Lahirnya siber jurnal (cyber journal) saat ini ditandai dengan munculnyaaplikasi surat kabar elektronik (e-News), tabloid elektronik (e-Tabloid), dan majalah elektronik (e-Magazine) telah banyak mengubah pola orang dalam mencari berita dan informasi.Melalui media siber atau media online,
redaksi dalam menyajikan berita dapat pula melengkapi tidak hanya
gambar-gambar dua dimensi seperti foto, melainkan juga dapat menyertakan
liputan video dari sebuah kejadian di lapangan.Dengan model
ini, tampaknya redaksi dapat menciptakan daya tarik yang unik bagi para
pembacanya.
Menuju Era Digital
Jurnalistik masa depan (baca:moderen-red) di Indonesia saat ini memang sedang menuju ke era digital.Dari jurnalistik media konvensional menuju jurnalistik media daring (dalam kata lain dari online).Kalau
koran tradisional menggunakan media kertas, maka koran digital atau
elektronik menggunakan layar monitor dan perangkat
komputer.Pertanyaannya, apakah media online nantinya akan menggeser
peran media cetak.Dan, beberapa tahun lagi jurnalistik media cetak akan
memasuki sebuah dunia “tanpa kertas” (paperfuture).
Saat wawancara tahun 1999, dia (Budiono Darsono, Pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Detikcom-red) bilang era media massa digital akan segera tiba.(A.Sapto Anggoro, Detikcom Legenda Media Online, hal 168).Maka muncul berita pertama situs/portal berita Detikcom tanggal 9 Juli 1998 berjudul “Munas Golkar”, telah berhasil merobek sejarah sebagai situs termahal di Indonesia ketika dibeli US$ 61 juta oleh group Trans TV.Namun, sebelum muncul Detikcom yang dikonsep untuk menyampaikan berita-berita cepat (breaking news/news in brief), telah hadir lebih dulu Republika Online. Jelang akhir tahun 1999 memasuki tahun 2000, berturut-turut lahir media onlineAstaga.com, Satunet.com,Lippostar.com,dan Mandiri.com.
Dan, ketika ditandatangani Pedoman Pemberitaan
Media Siber pada tanggal 3 Februari 2012 lalu era media massa digital
telah dilengkapi dengan kehadiranVivanews.com,Okezone.com,Kompas.com,Mediaindonesia.com,Suarapembaruan.com,Tempointeraktif.com,
Sinarharapan.com, Poskota.com,Wartakota.com,Jppn.com,Metrotv.com,Liputan6Sctv.com,
dan masih banyak lagi.Bahkan ada fenomena baru di dalam lingkungan
internet belakangan ini, di mana terdapat berbagai macam media online
yaitu situs/portal berita dan informasi milik pemerintah pusat, daerah (e-Government), BUMN, situs-situs perusahaan swasta (e-Business), dan lembaga-lembaga pendidikan (e-education).
Ada beberapa karakteristik media siber, daring, dan media online yang menyebabkan masyarakat (baca:pembaca-red) lebih menyukainya, yaitu antara lain ;
1.Real time, informasi yang tersedia merupakan informasi terbaru, bahkan kejadian yang sedang berlangsung pun sudah dapat disampaikan.
2.Multimedia capability, informasi yang disajikan bisa perpaduan teks, suara, gambar, dan video, sehingga pembaca mudah memahami informasi.
3.Audince control, pembaca bisa memilih informasi apa saja yang diinginkan.Dalam sebuah media online biasanya ada beberapa rubrik,misalnya, berita olahraga,otomotif,pendidikan, dan kesehatan, dan forum.
4.Nonlienarity, informasi yang disampaikan
berdiri sendiri, pembaca tidak harus membaca informasi sebelumnya atau
beberapa informasi secara berurutan agar bisa memahaminya
5.Duplication, informasi dapat dengan mudah digandakan (misalnya dikirim ke teman atau forum melalui email, facebook, twitter, dan di-copy kemudian di-upload ke web blog) sehingga proses penyebaran informasi lebih cepat dan lebih mudah.
6.Retrievability, informasi yang tersimpan sebelumnya bisa diakses dengan mudah karena media online mempunyai basis data yang memadai.
7.Untimited space, informasi yang
disampaikan dapat lebih banyak dan lengkap karena tidak ada batasan
jumlah teks atau halaman serta ruang penyimpanan.
8.Interactivity, pembaca bisa memberikan umpan balik berupa pendapat atau komentar terhadap suatu informasi yang disampaikan.
9.Mobile, informasi bisa diakses di mana dan kapan saja melalui piranti yangportable, misalnya netbook, PC Tablet, dan handphone atau ponsel.
10.Free, informasi yang diakses gratis, tidak ada biaya berlangganan.
Bila jurnalisme media daring (media online-red) dituntut sama dengan media yang masa produksinya 24 jam (koran harian) atau 6 jam (media siaran) tentumedia daring tidak akan pernah ada.Media daring bertumpu pada kecepatan, dilaporkan secepat terjadinya.Saat itu juga.Media daring tidak memerlukan proses lama.Berita dari lapangan hanya mampir ke layar editor beberapa detik sebelum diunggah dan detik berikutnya sudah diunduh oleh konsumen berita.(Sirikit Syah, Pengantar Buku Detikcom Legenda Media Online, halVIII).
Bagaimanapun pergeseran perilaku masyarakat dari kebiasaan membaca koran ke gadget digital tak bisa dihindari.(Mamak Sutamat, Kompas Menjadi Perkasa Karena Kata, hal 235).
Asisten CEO untuk Kompas Gramedia, Lukas Widjaja,
dalam acara Media Industry Outlook 2012 di Jakarta Media center, belum
lama ini mengatakan, penetrasi yang harus diwaspadai pebisnis media
cetak adalah munculnya media-media online dan media sosial yang
makin mewabah. Di Indonesia ada 45 juta pengguna internet yang menjadi
pangsa pasar bagi pengiklan.Belum lagi media baru seperti blog dan vlogging (video blogging) yang jumlahnya mencapai 5,27 juta pada akhir tahun 2011.”Sebagian besar anak muda sekarang lebih percaya blog.Hal ini ancaman bagi media tradisional,”kata Lukas.
Penulis sendiri pernah melakukan riset dan survey di Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan pengaruh media digital, online, dan media daring,
terhadap bisnis media cetak (koran, majalah, dan tabloid) sekarang
ini.Temuan di lapangan memperlihatkan bagaimana sejumlah agen/loper
koran dan majalah terbesar di wilayah Jakarta Selatan (ada sekitar lima
agen besar-red) akhirnya harus “bangkrut” alias gulung tikar karena
makin “sepinya” pembeli koran dan majalah.”Ini semua gara-gara
internet.Banyak dari kami yang beralih usaha lain.Apalagi tukang asongan koran juga makin jarang,”kata seorang wanita setengah baya, satu-satunya lapak
koran yang ada di lantai dasar terminal Bus Blok M.Padahal beberapa
tahun lalu di tempat ini banyak lapak dan kios yang menjual, koran,
majalah, sampai tabloid.
Sementara di kawasan Pamulang dan Serpong, Kota
Tangerang Selatan, penulis dapat informasi dari para pedagang koran,
rata-rata anak-anak muda berusia 20 tahun tak lagi membeli koran atau
surat kabar.Dan, penulis menyaksikan sendiri para pembeli koran atau
surat kabar di kawasan ini berusia 45tahun ke atas.Inilah yang dikatakan
ancaman media daring, dunia “tanpa kertas” telah terbukti di depan
mata!
Dengan demikian, makin banyaknya keuntungan,
manfaat, praktis,kemudahan, dan kevalidan dalam memperoleh informasi
berupa berita, artikel,opini, features, karangan khas,iklan, foto,
sampai video.Rasanya ke depan mediaonline atau media daring akan menjadi salah satu pilihan utama masyarakat dan pembaca. Mereka hanya
punya waktu sedikit membaca informasi terkini,
aktual, dan terpercaya.Dan, memang sekarang ini, jurnalistik masa depan
sedang menuju era media digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar