Kamis, 06 Juli 2017

Ancaman Media Daring, Dunia “Tanpa Kertas” Oleh :Pulo Lasman Simanjuntak


(Peneliti Senior Pada Pusat Studi Media Massa Pamulang Institute)
Dalam buku “Cerita di Balik Dapur Tempo, 40 tahun (1971-2011)” halaman 4,ditulis; ada ancaman lain, sekaligus peluang besar, di zaman internet ini:kemajuan teknologi informasi.Media yang tak mempedulikan tren dunia digital mesti bersiap-siap menjadi fosil atau sejenis satwa langka yang menanti punah.Orang tak lagi hanya membaca berita di media cetak, lewat siaran televisi, dan radio, tapi lewat komputer personal dan perangkat yang bisa dibawa “bergerak” seperti BlackBerry,iPhone,iPad,Playbook, serta berbagai tablet digital.
Bahkan dalam buku “Tim Kecap Dapur 40 Tahun Tempo” cetakan pertama, Desember 2011 PT.Gramedia Jakarta, dikatakan; media cetak tiba-tiba terasa kuno dan mulai ditinggalkan pembaca di negara-negara maju.Anak-anak muda yang gandrung telepon selular dan gadget lainnya semakin jarang menyentuh koran atau majalah.Mereka mengakses informasi lewat perangkat digital yang hampir selalu melekat di tangan mereka.
“Sesungguhnya kami sudah lama menyadari pentingnya penyebaran informasi melalui media digital ini.Ketika majalah dibredel, terasa betul pentingnya internet sebagai sarana penyebaran informasi.Maka kami membangun TempoInteraktif-www.tempointeraktif.com-pada 6 Maret 1996.sekarang, dengan meng-online-kan sekitar 450 berita setiap hari.Tempo Interaktif semakin tahun menjadi tujuan pencari berita.”(halaman 5).
Kemudian Dewan Pers dan komunitas pers belum lama ini telah mengesahkanPedoman Pemberitaan Media Siber di Gedung Dewan Pers, Jakarta.Pedoman ini menjadi panduan untuk seluruh pengelola media siber atau media online di seluruh Indonesia.Pengesahan tersebut ditandai dengan penandatanganan Pedoman Pemberitaan Media Siber oleh wakil Dewan Pers, organisasi pers, dan media siber.
Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.Media siberwebsite, wordpressblog, dan masih banyak lagi) adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalisitik serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers maupun Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.
Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menjelaskan penyusunan Pedoman Media Siber ini untuk merespon perkembangan pesat media siber di Indonesia dan meningkatnya jumlah pengaduan terhadap media siber yang diterima Dewan Pers. Di samping itu, kalangan media siber menghendaki adanya pedoman ini. Setelah penandatangan ini, Dewan Pers dalam waktu dekat akan menetapkannya sebagai Peraturan Dewan Pers.
Pesatnya teknologi informasi khususnya  internet (Interconnection Networking) di Indonesia sejak awal tahun 2000-an,telah menjadikan internet dapat dieksplorasi untuk menyajikan karya-karya jurnalisitik yang lebih komunikatif dan real time. Selain itu,  kecenderungan masyarakat (pembaca-red) khususnya dari kalangan generasi muda yang ingin praktis dan cepat dalam mendapatkan berita serta ingin berinteraksi dengan media, maka perkembangan media siber atau media online pun juga berkembang dengan pesat dan cepat.
Lahirnya siber jurnal (cyber journal) saat ini ditandai dengan munculnyaaplikasi surat kabar elektronik (e-News), tabloid elektronik (e-Tabloid), dan majalah elektronik (e-Magazine) telah banyak mengubah pola orang dalam mencari berita dan informasi.Melalui media siber atau media online, redaksi dalam menyajikan berita dapat pula melengkapi tidak hanya gambar-gambar dua dimensi seperti foto, melainkan juga dapat menyertakan liputan video dari sebuah kejadian di lapangan.Dengan model ini, tampaknya redaksi dapat menciptakan daya tarik yang unik bagi para pembacanya.
Menuju Era Digital
Jurnalistik masa depan (baca:moderen-red) di Indonesia saat ini memang sedang menuju ke era digital.Dari jurnalistik media konvensional menuju jurnalistik media daring (dalam kata lain dari online).Kalau koran  tradisional menggunakan media kertas, maka koran digital atau elektronik menggunakan layar monitor dan perangkat komputer.Pertanyaannya, apakah media online nantinya akan menggeser peran media cetak.Dan, beberapa tahun lagi jurnalistik media cetak akan memasuki sebuah dunia “tanpa kertas” (paperfuture).
Saat wawancara tahun 1999, dia (Budiono Darsono, Pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Detikcom-red) bilang era media massa digital akan segera tiba.(A.Sapto AnggoroDetikcom Legenda Media Online, hal 168).Maka muncul berita pertama situs/portal berita Detikcom tanggal 9 Juli 1998 berjudul “Munas Golkar”, telah berhasil merobek sejarah sebagai situs termahal di Indonesia  ketika dibeli US$ 61 juta oleh group Trans TV.Namun, sebelum muncul Detikcom yang dikonsep untuk menyampaikan berita-berita cepat (breaking news/news in brief), telah hadir lebih dulu Republika Online. Jelang akhir tahun 1999 memasuki tahun 2000, berturut-turut lahir media onlineAstaga.com, Satunet.com,Lippostar.com,dan Mandiri.com.
Dan, ketika ditandatangani Pedoman Pemberitaan Media Siber pada tanggal 3 Februari 2012 lalu era media massa digital telah dilengkapi dengan kehadiranVivanews.com,Okezone.com,Kompas.com,Mediaindonesia.com,Suarapembaruan.com,Tempointeraktif.com, Sinarharapan.com, Poskota.com,Wartakota.com,Jppn.com,Metrotv.com,Liputan6Sctv.com, dan masih banyak lagi.Bahkan ada fenomena baru di dalam lingkungan internet belakangan ini, di mana terdapat berbagai macam media online yaitu situs/portal berita dan informasi milik pemerintah pusat, daerah (e-Government), BUMN, situs-situs perusahaan swasta (e-Business), dan lembaga-lembaga pendidikan (e-education).
Ada beberapa karakteristik media siber, daring, dan media online yang menyebabkan masyarakat (baca:pembaca-red) lebih menyukainya, yaitu antara lain ;
1.Real time, informasi yang tersedia merupakan informasi terbaru, bahkan kejadian yang sedang berlangsung pun sudah dapat disampaikan.
2.Multimedia capability, informasi yang disajikan bisa perpaduan teks, suara, gambar, dan video, sehingga pembaca mudah memahami informasi.
3.Audince control, pembaca bisa memilih informasi apa saja yang diinginkan.Dalam sebuah media online biasanya ada beberapa rubrik,misalnya, berita olahraga,otomotif,pendidikan, dan kesehatan, dan forum.
4.Nonlienarity, informasi yang disampaikan berdiri sendiri, pembaca tidak harus membaca informasi sebelumnya  atau beberapa informasi secara berurutan agar bisa memahaminya
5.Duplication, informasi dapat dengan mudah digandakan (misalnya dikirim ke teman atau forum melalui email, facebook, twitter, dan di-copy kemudian di-upload ke web blog) sehingga proses penyebaran informasi lebih cepat dan lebih mudah.
6.Retrievability, informasi yang tersimpan sebelumnya bisa diakses dengan mudah karena media online mempunyai basis data yang memadai.
7.Untimited space, informasi yang disampaikan dapat lebih banyak dan lengkap karena tidak ada batasan jumlah teks atau halaman serta ruang penyimpanan.
8.Interactivity, pembaca bisa memberikan umpan balik berupa pendapat atau komentar terhadap suatu informasi yang disampaikan.
9.Mobile, informasi bisa diakses di mana dan kapan saja melalui piranti yangportable, misalnya netbook, PC Tablet, dan handphone atau ponsel.
10.Free, informasi yang diakses gratis, tidak ada biaya berlangganan.
Bila jurnalisme media daring (media online-red) dituntut sama dengan media yang masa produksinya 24 jam (koran harian) atau 6 jam (media siaran) tentumedia daring tidak akan pernah ada.Media daring bertumpu pada kecepatan, dilaporkan secepat terjadinya.Saat itu juga.Media daring tidak memerlukan proses lama.Berita dari lapangan hanya mampir ke layar editor beberapa detik sebelum diunggah dan detik berikutnya sudah diunduh oleh konsumen berita.(Sirikit SyahPengantar Buku Detikcom Legenda Media Online, halVIII).
Bagaimanapun pergeseran perilaku masyarakat dari kebiasaan membaca koran ke gadget digital tak bisa dihindari.(Mamak SutamatKompas Menjadi Perkasa Karena Kata, hal 235).
Asisten CEO untuk Kompas Gramedia, Lukas Widjaja, dalam acara Media Industry Outlook 2012 di Jakarta Media center, belum lama ini mengatakan, penetrasi yang harus diwaspadai pebisnis media cetak adalah munculnya media-media online dan media sosial yang makin mewabah. Di Indonesia ada 45 juta pengguna internet yang menjadi pangsa pasar bagi pengiklan.Belum lagi media baru seperti blog dan vlogging (video blogging) yang jumlahnya mencapai 5,27 juta pada akhir tahun 2011.”Sebagian besar anak muda sekarang lebih percaya blog.Hal ini ancaman bagi media tradisional,”kata Lukas.
Penulis sendiri pernah melakukan riset dan survey di Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan pengaruh media digital, online, dan media daring, terhadap bisnis media cetak (koran, majalah, dan tabloid) sekarang ini.Temuan di lapangan memperlihatkan bagaimana sejumlah agen/loper koran dan majalah terbesar di wilayah Jakarta Selatan (ada sekitar lima agen besar-red) akhirnya harus “bangkrut” alias gulung tikar karena makin “sepinya” pembeli koran dan majalah.”Ini semua gara-gara internet.Banyak dari kami yang beralih usaha lain.Apalagi tukang asongan koran juga makin jarang,”kata seorang wanita setengah baya, satu-satunya lapak koran yang ada di lantai dasar terminal Bus Blok M.Padahal beberapa tahun lalu di tempat ini banyak lapak dan kios yang menjual, koran, majalah, sampai tabloid.
Sementara di kawasan Pamulang dan Serpong, Kota Tangerang Selatan, penulis dapat informasi dari para pedagang koran, rata-rata anak-anak muda berusia  20 tahun tak lagi membeli koran atau surat kabar.Dan, penulis menyaksikan sendiri para pembeli koran atau surat kabar di kawasan ini berusia 45tahun ke atas.Inilah yang dikatakan ancaman media daring, dunia “tanpa kertas” telah terbukti di depan mata!
Dengan demikian, makin banyaknya keuntungan, manfaat, praktis,kemudahan, dan kevalidan dalam memperoleh informasi berupa berita, artikel,opini, features, karangan khas,iklan, foto, sampai video.Rasanya ke depan mediaonline atau media daring akan menjadi salah satu pilihan utama masyarakat dan pembaca. Mereka hanya
punya waktu sedikit membaca informasi terkini, aktual,  dan terpercaya.Dan, memang sekarang ini, jurnalistik masa depan sedang menuju era media digital.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar