Kamis, 15 September 2022

26 Puisi Pilihan Karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak

26 Puisi Pilihan

Karya Penyair : Pulo Lasman Simanjuntak 

SAKRAL 

Pulo Lasman Simanjuntak 

menulis puisi pada hari ini
diiringi seruling, kecapi, rebab, gambus, dan serdam
sampai menembus tubuh langit baru dan bumi baru
didahului doa yang bernyawa biru 

kenapa kembali harus menjual ranjang kematian
padahal televisi digital tanpa sinyal 
sudah terbang beriringan
dengan serombongan lelaki 
penyakitan
yang disantet lewat para calo di terminal kampung-kampung persungutan 

Jakarta, 13 September 2022

PERKAWINAN MAKIN GEMUK
 
i/
perkawinan tak suci ini
telah kendurkan
segala keinginan bersahaja
doa-doa primitif
diangkat secara seksama
 
sebuah pengakuan biologis
di gedung putih universitas tua
lewat diagnosa yang menjemukan
angan-angan jadilah dirinya jantan
 
terjadilah sekarang
di depan mata kiriku yang tuli
sepi kadang menerawang
rasa sesal selalu tiba belakangan
 
ii/
perkawinan tak kudus ini
telah semaikan ketegangan
engkau pahat
teramat liat
 
kadang seperti rumah tangga adam-hawa
yang bebal pada pohon kehidupan
setia bertelut menyembah yahwe dinihari
dan hapal seribu ayat-ayat kitab suci
 
tiba-tiba engkau jadi seekor singa muda
yang mendobrak pintu rumah
sambil rajin menawarkan
syair-syair perceraian disebar brutal
di pinggiran jalan kekelaman
 
iii/
kita hanya butuh gairah liar
sejak usia muda belia
mencuri selimut dan sebungkus nasi kapau
 
delapan gerakkan seperti burung-burung
terbang dari bantalan kereta api
di seberang permukiman
berbayar mahal
 
lihatlah sekarang anakmu ibunda
berabad-abad paru-parunya tak pernah tidur
benci melihat matahari renungan pagi
kedua tangannya menadah bahan bakar
melakukan perjalanan paling menyebalkan
 
Jakarta, September 2022 

RUMAH BUMI SANI DALAM PUISI
 
i/
jemu dua kolom mau meledak
di ruang tamu rumah penuh tipuan
tak ada Tuhan hadir
tiap mezbah pagi
karena dibangun dengan amarah dan tangisan
serta perzinahan di pulau seberang
 
empatbelas tahun tubuhku tenang dan damai
tanpa harus disuntik obat penenang
namun, ada sebuah perkelahian
jelang hari persiapan
 
ii/
berita sore daun-daun nyaris berdarah
rontok
tersumbat mobil ambulan
 
berpasang mata mencoba menderek nyawa
ke dalam kabel telepon hijau
pertama disiarkan dari kota singapura
bersentuhan mata-mata
dengan sinterklaas dan pohon natal
 
iii/
tiba terlambat jin-jin gundul
mengeras suara
mengapa benda-benda jasmani
bertabrakan setiap laut gerimis
 
iv/ 

sudahlah
aku masih setia
menanti giliran
nama siapa
segera diseterika
hari ini juga
 
Jakarta, September 2022 

PERKAWINAN KUDUS
                  -catatan tiga puluh tahun-
 
perkawinan kudus ini
tadi malam mezbah-Nya
nyaris terpecah
penuh amarah
untuk tinggalkan jabatan
orang Lewi
dalam rumah Tuhan
 
telah kubangun tiga puluh tahun
dari bangunan kayu bertingkat
terjebak di permukiman kumuh
aku tertipu
anak muda terbunuh
pada akhirnya
berakhir di rumah hantu
 
nergumul dalam doa syafaat
dan menyatu dengan Injil Kristus
depasang manusia mandul
tak diciptakan oleh Tuhan
untuk mendengar tangisan
anak-anak di ranjang kesepian
 
pada ujung cerita
saat sajak ini ditulis
masih kutunggu setiap suara kecemasan
di pintu rumah gadai
 
ketakutanku menjelma
menjadi suatu pengharapan
kebaktian rumah tangga tujuh hari
jadi kebangunan rohani
pertobatan sejati
 
matahari harus bersabar
terbit dari hati yang sering terkunci
 
kini nyanyian mazmur 128
Raja Daud mau beri berkat
bertalu-talu di telinga kiri
yang setengah tuli
 
seperti pesan pastor tadi pagi
ingat sumpah perkawinanmu
jadilah hidup dengan kasih Kristus
jadilah hidup kekal
amin
haleluya !
 
Pamulang, September 2022

RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA 

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi berwajah matahari
disodorkan busana warna putih 

masa kanak-kanak lalu memanjang
membentur pohon rambutan
porselen antik jadi perhiasan mati
hanya wajah Yesus ada di jantung kami 

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah dalam rumah tua 
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli
nikmat menghitung hari-hari
yang tak pernah tertulis
dalam almanak 

lalu kami menembus hujan lebat sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri
cinta birahi jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia  setengah hati 

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022 

TUNTAS 

duka siapa mau menyergap di rimba kamarmu yang purba- tak pernah berkelamin dengan matahari pagi 

hanya sepotong roti tua disuguhkan pria perkasa bersenjatakan roh ketakutan digelar di meja judi tertangkap angin jahat pada tiap dinihari 

kini kita saling menjaga jarak- ruang dan waktu tak pernah lagi saling bertemu kadang kita masih rindu menulis berita tentang kapal digital, samudera raya, dan air laut yang merembes sampai ke penjara di benua orang-orang mabuk kekayaan 

sekarang tersisa hanya doa berdarah saudara- bersaudara sejam masa kanak-kanak
rasa sesal mengapa dulu kita tak lagi rajin berenang di sungai membusuk depan rumah 

atau menghitung sejumlah perkawinan retak mulai dari pewarta muda, pujangga teler sampai perwira mualim yang sempat terjebak mengurai kesepian di rumah bordil 

Jakarta, Jumat 15 Juli 2022 

IBADAH TANAH MERAH 

dimulai dari kecemasan yang terus membara kuhitung waktu di bawah matahari semua sia-sia kekayaan di bumi sodom dan gomora 

diperlihatkan jelang pagi iring-iringan menembus paru-paru kota kawan di sebelahku tak lagi pandai bercerita 

tiba di sini tak ada lagi tangisan makin gemuk kugali lobang beton tergesa-gesa
nyaris membentuk sebuah koor kematian dan penderitaan 

Jakarta, Minggu 17 Juli 2022 

LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI 

lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas 
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari begitu keras 

lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi
bantalnya batu ditiup angin pagi
tak memikirkan harga-harga
pangan melambung tinggi
air minumnya dari bensin dengan bayaran hanya kuitansi 

sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung di kamar mandi
disetubuhi bau terasi dan bangkai tikus mati
rajin onani berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini
tanpa kelaparan lagi 

Jakarta, Rabu 7 September 2022 

KELAPARAN AKUT  
                        -episode dua- 

membangun mezbah batu pagi ini 
kembali membuat otak kecilku
terluka parah
dirajam seorang lelaki
tanpa kelamin 

matahari terlihat kian kurus
menusuk-nusuk paru-paru
ke dalam perut rumah persinggahan 
selalu gelisah antara dua pilihan kelabu 

mencuri sepiring beras merah
ataukah berteriak di pinggir jalan sambil memungut persembahan 

hayo, ajakku sambil menggendong 
sekarung derita di bahumu tulang belulang
kita mulai bangkit berdiri
di pinggiran kota pandemi ini 

sebab masa kelaparan telah tiba
di depan pintu negerimu nusantara
kutagih terus utang renternir dua miliar rupiah
bersamaan dengan datangnya 
kenaikan harga bahan bakar minyak
yang bakal tergilas 
pecah seperti balon gas 

Jakarta, Minggu 3 September 2022 

SAJAK KRITIS 

hari ini kembali sajakku menjahit sunyi
tanpa angin pagi
hanya suara aliran air kolam 
ikan-ikan setengah lumpuh 

membuat sajakku semakin kelaparan 
mau kemana dibawa tubuhmu ke padang ilalang
tak ada mata uang 
di sana kering kerontang 

(sementara  dari jarak dekat seorang lelaki tuli mondar-mandir
menyusup dalam sajakku
yang telah berkemas
untuk menjual nyawa
barang mati apa saja yang bisa dimakan dengan rakus) 

Pamulang , Senin 5 September 2022 

TIGA MANUSIA DALAM CAWAN LEBUR 

tiga manusia telah berdoa sianghari
di bawah matahari dungu 

mereka selalu berkeliaran
di taman eden yang terluka
bergumul dengan ayat-ayat suci 

mereka masih butuh sepiring syair
yang bakal dimasak sampai matang
buat santapan ritual tanpa ada beras
seperti pekabaran kesehatan malam tadi
kita harus melenyapkan makanan daging halal 

tiga manusia ini terus menunggu
kabar dari benua yang selalu bawa bencana
sejak dinihari telah disodorkan lewat penyakit gula dosis tinggi
yang sempat juga menawarkan souvenir 
lagu pujian generasi milenial 

ya, Debata
datanglah dengan segera ! 

Jakarta, Senin siang 5 September 2022 

ULANGTAHUN MEMBACA SUARA TUHAN 

hujan deras yang dimuntahkan di atas ranjang keluh kesah ini
tak dapat lagi mengundang mimpi-mimpi purba 
(masa lalu ?)
yang selalu terjebak dalam sebuah permukiman liar
banjir airmata dan rasa sesal dibungkus irama kemandulan 

lalu saat sunyimu pesiar ke sebuah bangunan tua dalam kota
telah diamarkan lewat seorang nabi perempuan 

"melahirkan seorang anak harus melalui tangan Tuhan, bukan menghambur-hamburkan spermamu ke dalam cawan kemiskinan ," pesannya lewat jendela pesakitan dari seberang pulau sumatera 

maka pagihari bertelut dan berdoalah
saat usiamu telah bergerak
dalam kesakitan tak berkesudahan
tetaplah membaca suara Tuhan 
karena ini ujian iman seperti abraham 

tataplah lagi
matahari basah di depan rumah
terbanglah seperti burung rajawali semakin tinggi 
menembus langit baru dan bumi baru 

jangan gelisah
tiang awan  mendung juga telah kirim makanan
sehingga para pemulung tak akan bertegur sapa lagi
siapa mau menjual kesetiaan sumpah pernikahan
kudus, kudus, 
aku tak mau kelaparan
dan mati usia belia 

Pamulang, Selasa 6 September 2022 

USIA 59 TAHUN, DICATAT DI BUKU KEHIDUPAN 

hari ini usiamu kembali 
dicatat di buku kehidupan
yang tekun dibaca tiap 
pagi sebelum gerhana matahari
mau menyapa diri ini 

sambil menebar ayat-ayat suci di meja makan tanpa makanan haram
anak-anak kita nantinya
mengetahui betapa beratnya
cawan lebur 
ditanam di pekarangan rumah ibadah
aliran air-Nya berimbas sampai ke tulang-tulang doamu yang teramat panjang 

sabar, sabarlah, katamu 
menutup percakapan sejarah
di tubuh taman bebatuan
telah lama mati haid kekeringan dan keheningan 

Pamulang, Selasa 6 September 2022 

MENULIS PUISI TANPA MEZBAH PAGI 

menulisi puisi tanpa mezbah pagi
bersama permaisuri mati suri
larik puisi ini ternyata masih membutuhkan seribu ton beras impor
yang tersimpan dalam kompor 

 menulis puisi tanpa mezbah pagi
bersama perkawinan kurus kering kerontang
bait puisi ini ternyata masih membutuhkan tiupan daun-daun migas
tersembur liar dari cuaca  makin panas 

 lalu kemanakah penyair usia senja  ini mau bercerita
gadai gitar yang bisa bernyanyi  rock n roll dengan perut lapar
pinjaman oline yang bertebaran dalam
paru-parunya  yang lumpuh setengah badan
ataukah kupilih terus menulis puisi
tanpa matahari risih
tanpa sungai mati
tanpa laut berombak kisruh
tanpa kuburan
dengan kain kafan kejang-kejang 

 masihkah iman ini kuat
ditusuk bertubi-tubi
dengan jutaan jarum kebenaran 

Jakarta, Senin 22 Agustus 2022 

MATI SURI 

obrolan petang ini telah jadi
kesaksian pendek
mengapa matahari kian kurus kering
langit biru melahirkan tulang belulang ditiup angin kemarau kehabisan nafas alam semesta 

“aku butuh dokter kulit untuk suntikkan vitamin dosis liar
sebab sindirin ini telah membuat mimpiku semakin jauh dari rumah tanpa suara paranabi ,” katamu seraya malas menyantap makanan najis di atas meja makan 

sudahlah, kataku
mari kita bersetubuh di ranjang kolam ikan itu
agar tubuhmu makin gemuk
serta dapat membuang pikiran-pikiran yang membatu 

jangan lagi taruh pisau tajam
di ujung bibirmu yang kian menyusut karena dilindas penyakit katarak menahun
atau kecelakaan lalu lintas
di trotoar yang menjual angan-angan patah hati
Jakarta, Agustus 2022 

MANUSIA TAKUT TERBANG KE SURGA

“seperti boneka kapas
dari kepala sampai kaki berjubah,
” seruku saat belum mematahkan tiang-tiang berhala
masih ada aroma butiran tembakau, teh tebu,  alkohol hijau, dan perzinahan rohani di mezbah baal 

semua sepakat memenggal jejak arang
terperangkap dalam lingkaran ruang
batu-batu roh 

“dia duduk bersujud,rambut sebahu amat kecil," berteriaklah sajakku saat itu tanpa membuka kitab suci 

muatan angin malam
mengingatkan kepada gembala dan domba
yang meluncur deras dari bukit-bukit pengorbanan di bawah pohon rimbun
ditentang para nabi 

sayap-sayap beelzebul dipatahkan berkeping-keping
muntah dosa-dosa ganjil 

usus perut meletus
di pinggul rumah hitam
mula pertama tak berziarah
tiap dinihari menabur kembang birahi 

penyakit kusta masuk ke dalam tong sampah
daging berdarah kubanting ke tanah 

tertidur pulas dalam sumur kering
otak disiram bunga api
mabuk air keras 

daun pintu hati
yang dulu rajin diketuk
dikunci !
kuncinya ialah layangan terbang
ke negeri-negeri orang
menggilas genteng rumah
mengangkat tabut perjanjian 

Pamulang, Kamis 1 September 2022 

SAYA BUTUH SEBUAH SEPEDA MOTOR TUA   

saya butuh sebuah sepeda motor tua 
malam ini juga kawan
dengan lampu depan dapat jadi tiang api
ketika menempuh perjalanan ribuan kilometer 
diiringi bunyi stater otomatis 
selalu  tak pulas bayar pajak stnk-nya 

dapat mewartakan kemacetan lalu lintas, menerobos kerumunan orang-orang berhala,
para calo motor yang tiba-tiba pandai baca puisi
serta orang-orang miskin di perempatan jalan
bernyanyi tentang rembulan dalam cawan penderitaan  kecelakaan anak-anak jalanan  

saya butuh sebuah sepeda motor tua
subuh ini juga kawan
yang mesinnya pecah terbelah dua
sampai olinya yang hitam merembes masuk ke 
dalam paru-paru bumi khatulistiwa
bahkan harganya selalu kalah bersaing dengan berita viral ;
tentang penembakan sadis di kebun binatang tanpa cctv
tanpa darah,  tangisan duka cita ditidurkan di peti mati 

saya butuh sebuah sepeda motor tua
pagi jelang siang ini juga kawan
dengan kapasitas 100 cc sampai 110 cc
untuk kembali menempuh perjalanan rohani dua puluh tiga abad
serta dapat parkir nyaman di atas sprei ranjang pengantin mandul
persis di pintu masuk benua antartika  

oi, saya masih butuh sebuah sepeda motor tua
setua sajak ini 

Pamulang, Senin, 25 Juli 2022


EMPAT PULUH LIMA TAHUN BERJALAN  BERSAMA PUJANGGA CHAIRIL ANWAR 

-persembahan buat  almarhum penyair lazuardi adi sage - 

empat puluh lima tahun berjalan bersama pujangga chairil anwar  

di sebuah hunian kesenian tua
dalam kota megapolitan 

aku masih menulis imajinasi onani
dengan huruf-huruf insomnia 
dalam tubuh gitar akustik bergaya penyair tua  

seperti mau membuka kebun tembakau
dalam hamparan tanah
larik-larik puisi yang bernas 
sangat puitik 

sambil engkau perkenalkan perempuan (perawan ? ) yang diundang menonton kesaksian puteri tunggal chairil anwar dari karawang
berjalan ke podium dengan kedua kaki buta  

selesai bernyanyi dengan muka garang
lalu kutulis "aku ini binatang jalang dari kumpulannya aku terbuang, luka dan bisa kubawa berlari, berlari hingga hilang, pedih perih..."  

segera kusiarkan di majalah hiburan (bukan sastra!)
mungkin engkau tak sempat membacanya 
kawan tak sebangku kandidat bakaloreat
karena usai bertemu di seberang showroom
mobil eropa suatu pagi
engkau sebenarnya
telah turun ke dunia orang mati  

Pamulang, Senin , 25 Juli 2022 

KAPAL INDUK OLENG 

mendengar berita Republik Indonesia jaya ke-77 tahun
merah putih berkibar ria
di samudera raya tak ada keluh kesah
seribu kapal berlayar untuk nusantara 

hari ini,
kembali mendengar berita Republik Indonesia jaya ke-77 tahun
ratusan juta kepala keluarga
terjebak krisis pangan apa adanya 

juga krisis energi mendunia
sampai lima benua antartika
haruskah menanam gandum di lahan pekarangan rumah 

hari esok
kembali mendengar berita Republik Indonesia jaya ke-77 tahun
membangun jalan tol, kereta api terbang tanpa utang
kuburan untuk orang-orang
tak punya pengharapan
kemiskinan yang juga tak kunjung
sampai ke pelabuhan 

Jakarta, Sabtu, 13 Agustus 2022

LAUT DISENYAPKAN 

pasangan betinaku
mari kita berangkat
matahari sudah makin tinggi
di sana sudah menunggu
tubuh laut untuk sambut
caloncalon baptisan surga 

nyaris menabrak ramburambu
batas samudera teluk jakarta
sepanjang jalan kita hanya melihat
lahan kereta api yang ditumbuhi ilalang
suasana perkantoran yang gelap
dampak pandemi tak kunjung berlari 

Perahu sudah harus bersandar di dermaga
bendera merah putih berkibar amat lambat
angin pantai berhembus masuk akuarium
virus juga sudah disuntik vaksin satu kali 

ada orangorang shooting
adegan menguras air samudera di tanah jawa
menikmati santap siang di bandar kesunyian
di dompet celana ada jus jeruk dan melon
suguhan mata uang rupiah
untuk lelaki muda siap hadapi kematian 

Pamulang, 31 Mei 2021 

GELISAH TERPEROSOK DI RERUMPUTAN VILLA BERWAJAH BASAH 

kami berangkat tergesa-gesa
sambil memikul matahari pagi
tepat jam arloji berkumandang
di rumah makan yang penghuninya tak takut virus dari kota Wuhan 

kami lalu berbincang-bincang lewat udara yang telah tercemar ;
tentang jalan tol, terowongan rumah ibadah, isolasi mandiri, sampai tipu muslihat kontraktor berkumis tebal
dan diakhiri di air kolam renang
tanpa kuman 

tiba di puncak gununggunung yang kelelahan berlari kencang seharian
kami disambut taman bunga kering kerontang
rerumputan liar membentang dihadapan
perempuanperempuan turun dari surga 

dari jarak jauh disapanya untuk kami santap siang
maka jatuhlah tubuh tambun
gelisah siapa terperosok di rerumputan hijau
menusuk tulangtulang rusukmu
terluka sesak nafas
sampai hari ini kami tulis puisi ini 

Pamulang, 15 Juni 2021 

SAKRAMEN DUKA BUAT ADINDA TERLUKA 

kuterima kabar dalam subuh yang gelap
ada deras airmata tangisan
mengalir sepanjang dinihari tadi
yang telah bergulat antara
maut dan kematian dini
saling napsu untuk berkejaran 

telah melepas penderitaannya berliku-liku
telah melepas kesakitannya berkepanjangan
engkau keluhkan dengan suara nyeri
dan ngeri ! 

mulai di ranjang rumah sakit dalam kota
disuntik infus cacat berulangkali
sampai tubuhnya terbujur kaku
roh nyawanya yang masih muda belia
mampu menembus langit dan cakrawala
tanpa dendang lagu
tanpa tabuhan rebana pujian untuk sang pencipta bumi dan lautan 

Tuhan telah izinkan berakhirnya sepi luka ini
sampai pada akhirnya kita harus berpisah
sementara saja, adinda
di pekuburan tua ini, setua duka cita kita
dari debu dan kembali ke tanah 

TPU Menteng Pulo, Senin 7/6/021 

SINYAL TERBAKAR 

Gelisah terus mengembara
Meraba-raba dalam ibadah maya
Bersama putera tunggal
Dari tanah batu kering meronta-ronta 

Kami lalu berbicara penghiburan
bersukacita mendaki kendaraan kemenangan 

Kali ini,
Butuh nyalakan jaringan internet di udara
Hari ketujuh dipaksa menarik jiwa
Siapa bersungut-sungut minta pulsa ? 

Padahal batinku tua sedang berdoa
Pergumulan rumah banjir airmata
Sampai ancaman mengungsi keluarga
Memohon malaikat berkemah
Di hunian selama pandemi beria-ria 

Pamulang, Sabtu, 29 Mei 2021 

MATA ELANG MENABRAK KARANG 

tubuhnya lahir di kamar sewa pengantin
dari sepasang angin ganjil
berhembus aroma air keras
sekeras hatinya ditumbuhi mata pisau 

bertahun-tahun menatap bulan dinihari
di meja billiar digelar sunyi liar
di lantai dansa dikunci masa lalu
kini turun ke dunia orang mati
tanpa membawa paruparu sebelah kiri 

tengoklah,
sekarang dia telah tumbuh subur
berwajah dua benua
mampu mematahkan tangantangan palsu 

pernah terbang tinggi kibaskan sayap hitam
dalam layar lebar murahan
lalu terperosok ke dalam selokan kehidupan 

dengan matahari terbalik
matanya berkuku tajam melotot
kencing bau sepi di kamar mandi 

aku harus terbang lagi sekarang, serunya sambil membawa ranjang kematian
nyawanya tak pernah tidur lelap
bahkan mimpinya sering bersembunyi
di bangsalbangsal rumah sakit
sekarang tertipu lagi
lewat kabar di udara cakrawala 

Pamulang, Kamis 27 Mei 2021 

PANTAI KUTA 

1//
di atas mata 
asing dan telanjang
kujemur sepiku
angan tinggal kumal
dalam perut laut
tak ada nyanyian ikan
ketika semua orang
berusaha untuk mendaki matahari 

2//
setelah hari esok
aku bersekutu dengan peradabanmu
layar yang kehilangan ombak
dan laut itu (masih seperti dulu juga)
membisikkan satu suara : 
suara kering 

3//
bila badai hanya melambangkan
simbol-simbol napsumu
keluh tanah pulau bali
atau abu kemenyan
terasa sampai juga
ke pembuluh-pembuluh nadiku 

     Jakarta, 14 September 2022 

SAJAK MALAM 

antara hati kelelawar
menyapu malam
tak kudengar lagu pujian
di mulut laut 
suaramu semakin lumpuh 

dari titik nol
engkau harus menjelajah 
sedangkan aku di sini
terus mencari jejak sekarat 

kita tembus perut kota 
dimana hujan turut merampas
opera kita yang tolol 


Jakarta, Senin, 27 Juni 2022
---------------------------------------
Biodata  : 
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).
Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977. 

Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online,  negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.com, sudutkerlip.com, myberitaraya.blogspot.com, beritarayaonline.co.id,  kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.com,  literanesia.com ,  hariandialog.com,  bisnistoday.co.id, sepenuhnya.com,  ruangpekerjaseni.com,  majalah digital Apajake, matamata.co, borobudurwriters.id,  majalah digital Elipsis,  cakradunia.co,  narasipos.com,  potretonline.com,  indonesiana.id, spektrum-ntt.com,  spektrumnasional.com, majalah bulanan Jurnal Pemuisi (Malaysia),  haluankita.com,   agapetanpabatas.com,  lopocogito.blogspot.com,  kibrispdr.org, Jurdik.id,  yz.dhafi.link, s
pronusantara.com,  penakota.id,  harianhaluan.id,  id.beritayahoo.com,  koranpelita.com,  poskota.co,  sabahtaim.com (kinabalu, sabah, malaysia), serta rumahliterasisumenep.org. 

Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021),  " Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).
Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022). 

Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bahchri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.Pada tahun 2021 mendapat piagam dan medali  penghargaan SETYA SASTRA  NAGARI (30 tahun Kesetiaan Sastra Indonesia) oleh Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dengan kurator Rg.Bagus Warsono.
Dan, pada bln Juni dan Juli 2022 berturut-turut karya puisinya memperoleh juara III dan juara II Puisi Pilihan Terbaik oleh Komunitas Sastra SNW ( Sastra Nusa Widhita).
Saat ini sebagai anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ) , anggota Sastera Sahabat Kita (berpusat di Sabah Malaysia) Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP).
Pernah bekerja sebagai wartawan Skm.Angkatan Baru,  Majalah Varia Nada, Aneka Ria,  Info, Spionita, Caraka, majalah Monalisa, Harian Umum Sinar Pagi, Harian Umum Mandala (Bandung pada perwakilan di Jakarta),  Redaktur Pelaksana Suratkabar Dialog (Jakarta), dan Pemimpin Redaksi eMaritim.com.Pada saat ini sebagai Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id, myberitaraya.blogspot.com, serta berita raya tv pada channel youtube.
Karya  jurnalistik-nya banyak tersebar di HU.Suara Karya, HU.Berita Yudha, HU.Pelita, HU.Ekonomi Neraca, Jawa Pos Group, HU.Media Indonesia, HU.Berita Kota, HU.Warta Kota, Majalah Tempo, Koran Tempo, HU.Pikiran Rakyat, HU.Banten Raya, HU.Radar Tangerang, dan masih banyak lagi.
Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, DKI Jakarta,  No.Anggota 09.00.0782.12 dan pemegang Sertifikasi Kompetensi Wartawan  (No.ID 4358) Dewan Pers jenjang Wartawan Madya.
Dikenal juga sebagai rohaniawan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jaktim dengan jabatan terakhir sebagai Ketua Jemaat.
Email  : pulo_lasman@yahoo.com
--------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar