Kamis, 10 November 2022

7 Puisi Karya Pulo Lasman Simanjuntak

Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak

MULUT 

di pasar seni pada hari perhentian  
yang dilanggar sebelum matahari terbenam 
mulut dapat menabrak keras 
jadi sebuah bencana  
paling memalukan 

aku ketakutan  
mendengar pujangga palsu 
berteriak-teriak  
bumi bergetar 
padahal bukan baca puisi 
sampai senjahari  
semoga darah jantungnya  
tak lagi memompa keterasinganku 

sampai amarahnya meledak 
di lantai keramik selasar berbayar 
cepatlah naik ke pentas pertunjukan teater 
ada ritual-ritual paling mengerikan 
supaya tuntas  
antara mulut dan kehidupan rohani 
tetap harus menyatu 

Jakarta, Minggu 30 Oktober 2022

DIAGNOSIS 

bermula dari sehamparan lantai beton  
disuntik kuman sangat dingin   
ia tertidur nyenyak  
tak sadar tubuhnya   
dimakan lahap  
sangat ganas 

bertahun-tahun menikmati   
harta kekayaan disebar  
dengan tangan kemalasan 

kini ia terbaring lemah  
tenggorokannya  lumpuh  
dengan paru-paru berdarah  
disedot kesunyian  
mencair dalam slang infus biru 

dipanggilnya keluarga inti  
menghadap seribu malaikat  
berjubah hijau lumut  
dipaparkan gejala dan tanda klinis  
dosanya tersumbat di jantung   
amarahnya bersembunyi di ginjal 

ia sendiri ingin lari ke padang gurun  
sangat ketakutan  
sudah terbayang hari esok  
mimpinya harus kembali turun  
ke area pemakaman sendirian  
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman 

Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022

LELAKI TANPA KELAMIN 

lelaki tanpa kelamin  
rajin menyapa hujan sore hari    
setiap mau menembus belantara kota   
hari-hari mengerikan 

paru-parunya telah terinfeksi   
bakteri takut matahari   
bahkan jantungnya   
hanya berdetak dua kali  
semakin gelap gulita   
mau turun ke planet  
orang mati 

lelaki tanpa kelamin  
punya sepotong ginjal   
yang telah membuat bengkak   
seisi rumah suci  
tempat kumpulan orang berdoa   
memunguti dosa-dosa  
masa lalu paling menyakitkan 

lelaki tanpa kelamin  
pingsan sejenak   
lalu bangkit lagi  
menabur bunga mawar   
di atas ranjang penyakit menular  
sungguh sangat liar 

masihkah ada pengharapan  
lantaran kemiskinan  
terus berkepanjangan 

Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022

RANJANG MAUT 

kusapa dari wajah kitab suci  
tubuhmu terus membengkak  
menjelma jadi sebuah bangunan  
rumah sakit bertingkat-tingkat 

lalu menatap langit senjahari  
yang menelan habis  
kuman-kuman diagnosis penyakit  
menyebar kesepian berdahak  
dari seorang perjaka tak punya sperma 

pukul berapa jam bezuk, tanyamu  
bau infus telah menyebar sampai  
tanah kuburan yang basah  
airmata memerah  
amarah menular dusta 

“kalau kematianku tiba, biarlah dibungkus kain kafan tua, sebab peti mati harganya terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu 

maka sebelum pulang ke rumah  
telah kusodorkan ranjang maut ini  
persis di bawah perutmu yang berlobang  
disuntik menjadi sebuah terowongan berair  
tembus sampai ke liang lahat  
mengerikan memang ! 

Jakarta, Rabu Sore, 19 Oktober 2022

KHOTBAH 

berabad-abad khotbah   
sudah digelar  
di atas mimbar tradisional   
sampai menelan rakus    
media digital kelaparan  
kita mau berjalan pasti   
menembus langit merah ketiga  

padahal setiap lonceng arloji    
berdetak keras   
kita telah tersesat    
dalam sebuah permukiman liar 
tak mampu lagi menyanyikan  
tentang lima ribu orang makan roti perjamuan   

ikan-ikan beterbangan  
benua orang-orang kesunyian 
haruskan kita bermain sandiwara ?  
sepanjang pekabaran surga    
disampaikan bertubi-tubi   
pada layar zoom    
disuguhkan segelas jeruk   
dalam perut bumi 

sementara busana kita berdarah beku   
ditabrak keras rembulan    
di bawah jembatan kereta melayang   
trotoar jalan keremangan  
air jamban 

tak mampu lagi kulanjutkan khotbah ini  
karena aku harus segera  
kembali masuk rahim bumi  
dengan tangan kudung   
dalam sembilan angin sakal  
terjual sangat membosankan 

Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis 13 Oktober 2022

KOLAM KEMATIAN 

seikat perjalanan dimulai dari peta  
kuku-kuku waktu  
menggelisahkan sekujur tubuhku 
tak lagi mampu  menghisap  
mulut matahari  
bernyanyi kidung pagihari  

sepi  makin terkurung pada batin ini
apa lagi yang harus disantap   
dari dalam perutmu tak ada janin bayi  
tinggal terbungkus tulang belulang  
ditikam gizi buruk  
pada cuaca ekstrem yang semakin buruk rupa

tidurlah sayang  
sampai nanti  
jasad ini mau dibakar   
beralaskan debu dan tanah 

pada akhirnya   
aku terus berlari keletihan  
mengejar angin malam kecelakaan  
imajinasi  sungguh mematikan 

sampai di pertengahan kota  
ada darah segar   
di pori-pori aspal jalan

"jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan," pesan terakhir seorang lelaki muda  

tanpa buah dada   
terkapar  
mencium ganas rembulan 

Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022


LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI 

lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi  
tubuhnya dari kertas emas   
seperti hewan pemalas  
takut menyapa matahari begitu keras 

lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi  
bantalnya batu ditiup angin pagi  
tak memikirkan harga-harga  
pangan melambung tinggi 

air minumnya dari bensin 
dengan bayaran hanya kuitansi 
sekarang lelaki mata tuli  
sedang merenung di kamar mandi  
disetubuhi bau terasi 
bangkai tikus mati  
rajin onani berulangkali  
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini  
tanpa kelaparan lagi 

Jakarta, Rabu 7 September 2022 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar