Kamis, 05 Maret 2020

Allah Tak Pernah Takdirkan Orang Menjadi Jahat

Jakarta,BeritaRayaOnline,-Cerita tentang takdir atau nasib (predestinasi) memang masih sering menjadi perdebatan.Misalnya, apakah seseorang itu telah ditakdirkan Allah menjadi orang jahat, atau jadi orang jahat karena menjadi korban keadaan lingkungan dimana ia hidup sehari-harinya.

Bahkan ada cerita lagi, sejak lahir di dunia ini, seorang anak manusia telah ditakdirkan Allah menjadi orang miskin dan melarat.Bahkan dibilang lagi sampai mati telah ditakdirkan menjadi orang melarat dan.miskin.

Dalam buku"Penuntun Dasar Untuk Pemahaman Alkitab" (Harold E.Metcalf) mengenai takdir (predestinasi) menceritakan seorang anak laki-laki lahir di suatu lingkungan yang jahat.Dia dibesarkan tanpa disiplin.Ia belajar melakukan hal-hal yang jahat.Orangtua susah melihatnya.Dia menghadapi kesukaran di dalam sekolah.Tampaknya ia tidak dapat menjadi baik.Dia berkelahi dan mencuri.Akhirnya ia dikirim ke sekolah anak-anak nakal.Walaupun ia menjalani segala macam hukuman, ia tidak ingin menjadi baik.Beberapa tahun kemudian ia menjadi pemimpin orang-orang jahat.

Bagaimana kita menilai hidup anak yang sama sekali jahat ini? Sebagaian mengatakan dia adalah korban keadaan, tetapi sebagian lagi mengatakan dia sudah ditakdirkan Allah menjadi jahat.

Apa kata Alkitab tentang takdir ini?

1) Semua orang memang telah berbuat jahat, bahkan telah berbuat dosa (Roma 5:19 dan Roma 5:12).
2) Namun, Allah tidak menjatuhkan takdir kepada seseorang untuk tetap hidup dalam dosa, karena ada Kristus sebagai pengantara kita.(1 Yoh 2:1-2).
3) Allah inginkan kita semua  akan menjadi seperti anak-Nya (Roma 8:28-29).Inilah suatu bukti bahwa Allah menakdirkan tidak akan ada yang binasa.

4) Allah ingin kita semua memperoleh keselamatan (bukan ditadirkan untuk terus berbuat dosa, atau ditakdirkan jadi orang jahat).
Misalnya kutipan Firman Tuhan dalam 2 Petrus 3:9b "......karena Ia menghendaki supaya semua orang jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat".

5) Dengan demikian menjadi keluarga Kristus ditakdirkan untuk hidup.Ditadirkan untuk menerima warisan jadi keluarga Allah, terutama jkka mereka tetap setia tinggal dalam keluarga Allah.Dan, ini dimungkinkan oleh kematian Kristus.

Namun, dalam keselamatan ini, Allah tidak memaksa (Wahyu 3:20).Hak kita untuk.memilih, apakah mau menerima atau.menolak anugerah Allah.(Lasman Simanjuntak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar